Powered By Blogger

Minggu, 30 November 2014

Sampah... !?


rumah yang terinspirasi pohon 2

Sahabat...

Aku pernah baca di mobil pembuang sampah.... mereka punya slogan "lebih baik hidup dari sampah dari pada hidup jadi sampah".

Emmm.... Aku jadi terinspirasi dari kata "sampah".

"Sampah-sampah Jiwa"

Pernahkah terpikir di jiwa kita bahwa bahagia itu sebetulnya ada di genggaman tangan kita? Iya ditangan kita masing-masing bukan ditangan siapa-siapa.

Jika otak bisa di ibaratkan wadah penyimpanan dan kita isi dengan "sampah-sampah". Seperti pengalaman-pengalaman buruk, penghinaan, perlakuan buruk, cemoohan, ketersinggungan, kegagalan, dan lainnya itu adalah "sampah"yang berpotensi mengotori pikiran maka pahit lah hidup, semakin negatif sikap dan perilaku kita.

Ketika kita izinkan mengisi otak kita memori-memori yang indah maka akan indah hidup kita. Karena itu, kalau mau bahagia satu syarat adalah membersihkan kepala dari "sampah-sampah" busuk.

Caranya bagaimana?

Begini caranya: Harus selalu berusaha mengingat kebaikan orang dan melupakan keburukannya.

"Saat orang lain menyakiti ku, maka aku akan mencari seribu satu alasan agar aku tidak membenci orang itu. Aku Harus mencari sejuta alasan untuk menyayanginya agar selalu ada yang indah yang melayang-layang di jiwaku.

Selalu mengingat kebaikannya dan pantang bagi ku mengabaikan seribu kebaikan orang, hanya karena satu keburukan yang boleh jadi tidak sengaja ia lakukan".

Kan manusia tempatnya khilaf ?!

Dengan memaafkan dan menyayangi orang yang telah mengambil bahagia ku maka suatu hari orang itu akan mengingat ku sebagai orang yang baik hati, dan tidak sombong, orang yang penuh kelembutan dan penyayang.... haih hehehe.... dan suka manabung hahahahaha....


Ya Tuhanku, lapangkan lah dadaku, mudahkan lah urusanku, lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataan ku. 
(QS. Thaahaa 20: 25-28)

Mintalah pada Allah untuk mengganti hati kita yang penuh sampah dengan hati yang baru yang penuh kasih sayang, hati yang pemaaf, hati yang jauh dari dendam, hati yang mengganti setiap luka dengan doa agar mereka termaafkan dan bahagia. Aamiin YRA.

Jadi, bahagia itu ada dalam genggaman kita bukan? Segera lupakan semua perlaku yang tidak nyaman. 

Berat sih.... tapi tidak ada salahnya kita coba.

Jumat, 28 November 2014

Senja.


Sahabat,

Aku jadi teringat dengan fisik ku sendiri, waktu yang terus berjalan, usia yang terus bertambah, dan seiring dengan itu semua aku pasti akan tua.

Tua itu pasti bukan?!

Iya... lambat laun, semuanya akan jatuh pada keadaan sebaliknya (ardzalil umur/pikun) karena dimakan usia hingga pada saatnya nanti, aku akan merasakan pandangan dan pendengaran yang mengabur, gigi-gigi mulai goyah dan tanggal.

Daya ingat dan keseimbangan yang melemah. Kulit yang mulai kendur, keriput dan rentan dengan jamur. Serta tulang-tulang yang tidak lagi kokoh menopang berat tubuh sehingga berakhir dengan kebungkukan.

Bungkuk, ringkih, tua dan rapuh....

Dan hati nurani ku berbisik :"Tidak perlu takut menjadi tua, karena suka tidak suka pasti tua".

Betul, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana aku menjadi mulia di usia tua nanti adalah tergantung dengan apa-apa yang aku lakukan dimasa mudaku, begitu bukan?

Andai aku tahu bahwa nafas yang dititipkan Allah ini akan terus dititipkan hingga 50 tahun lagi atau lebih atau kurang... mungkin aku akan menunda-nunda ibadah, kan masih banyak waktu untuk tobat.

Masalahnya mengapa aku harus ibadah sejak usia muda karena aku harus mempersiapkan kepulangan ku yang mungkin terjadi saat aku muda. Indahkan kalau mati muda dalam keadaan ibadah... harum namaku... terang kuburan ku.

Dan satu hal yang harus aku ingat bahwa waktu yang diberikan oleh Allah ini akan dihisab dan jika disaat aku muda aku sia-siakan, kapan bisa nabung pahala dong... Tidak cukup waktu jika baru ibadah di usia tua saja. 

Beratkan?! Pasti.

Semakin berat godaan semakin tinggi nilai pahalanya bukan?... Ibarat menaklukkan sinar matahari diatas kepala, pasti beda panasnya dibanding menaklukkan matahari di senja hari... namun nikmatnya beda.

Duhai Allah, jadikan setiap upaya ibadah ku ini untuk menjadikan aku kekasih Mu.

Yok, takwa lah selagi nafas masih dipinjamkan, mau kan?

Kamis, 27 November 2014

Catatan Malaikat.

Sahabat,


Kalau seandainya kita boleh melihat catatan Malaikat tentang dosa-dosa kita, tentang amal kita, tentang catatan kehidupan kita...
 Apa yang akan kita lakukan kira-kira ya.


Yang pasti hanya akan ada dua kemungkinan... menangis atau tersenyum.

Sejak kecil aku diajarkan bahwa ada dua Malaikat yang selalu menjaga ku, mencatat setiap perbuatanku yang baik dan yang buruk, setiap perkataan ku dicatat, kemana kaki ku melangkah hari ini dicatat, dusta yang keluar dari mulutku dicatat. Tidak ada yang luput pokoknya semua tercatat... Malaikat ini tidak pernah tidur.

Sekarang aku mau mencoba mengingat-ingat kira-kira kalau aku boleh mengintip catatan Malaikat itu, banyakan mana antara niat baik dan niat tidak baik ku, besar mana perbuatan baik atau perbuatan maksiat ku?

Ahh... tidak sanggup rasanya membayangkannya... lemas dan takut. Tapi kalau cuma takut... tidak berusaha memperbaiki catatan itu, tidak ada artinya bukan?

Kesadaran selalu datang belakangan ... namun tidak ada kata terlambat... kini aku tersadar bahwa waktu tidak akan pernah kembali untuk menghapus catatan Malaikat atas yang telah terjadi dalam hidupku... itu mustahil terhapus.

Maka yang bisa aku lakukan adalah memperbanyak kebaikan agar ketika aku berpulang dan mengembalikan catatan kehidupan itu kepada pemilik jiwaku maka telah penuh catatan kebaikan ku karena setiap hari, detik demi detik, bahkan disetiap helaan nafas telah aku isi dengan kebaikan... Insya Allah.


Nah, masalahnya berapa lama lagi aku dititipi nafas oleh Allah. Jadi aku sudah harus memikirkan perbuatan apa yang Ringan di lisan, Berat di timbangan.

Rasulullah bersabda: "ada dua buah kalimat yang ringan di lisan, namun berat didalam timbangan, dan keduanya di cintai oleh ar-Rahman, yaitu Subhanallahi Wabihamdihi, Subhanallahi 'Azim (HR. Bukhari [7573] dan Muslim [2694]).

Jadi apapun catatan yang kini dipegang Malaikat, tidak perlu penasaran lagi. Yang penting mulai hari ini, detik ini catatan itu hanya berisi kebaikan, kebaikan dan kebaikan. Stop catatan maksiat disana, jangan jadi hamba yang bodoh dengan membiarkan catatan buruk disana... 

"Wahai hamba Allah,sering-seringlah mengucapkan dua kalimat ini. Ucapkanlah keduanya secara kontinyu, karena kedua kalimat ini berat di dalam timbangan (amal) dan di cintai Ar-Rahman. Sedangkan keduanya sama sekali tidak merugikan kita sedikitpun. Sementara keduanya sangat ringan diucapkan oleh lisan"

Subhanallah Wabihamdih, Subhanallahil 'Azhiim
(Mahasuci Allah & segala Puji bagi-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung)

Rabu, 26 November 2014

Motivator... "Cukuplah hanya ENGKAU...."




Sahabat...

Setelah aku pikir-pikir ribuan kata bijak yang akan aku tuliskan di bawah ini, bolehlah hanya dijadikan alat pengingat... Karena motivasi sejati ada dalam diri kita sendiri. mau ribuan kata menyangkut di kepala jika tak ada satu kebaikkan pun kita lakukan maka sia-sia, tetap tidak bermanfaat hidup ini... Setuju?!

Sumber motivasi yang benar itu adalah Alquran dan Hadist. Ini saja kita jadikan pegangan hidup. Tanamkan dalam hati dan kepala... Baca dan laksanakan...!!

Cukuplah hanya ENGKAU....

Ya Allah, beri aku ruang untuk menjadi baik, lebih baik... dan... lebih baik lagi. Cukuplah hanya Engkau yang tahu seberapa jauh aku berusaha untuk menjadi baik dan lebih baik lagi.

Jangan jadikan pikiran ku ini hanya sebatas rangkaian kata dan penghias lisan ku. Jadikanlah ia pelindung yang tangguh dan kaca yang bening di tengah pertarungan yang hak dan batil dalam hidupku yang senantiasa aku hadapi dalam setiap tarikan nafas ku.

Sulit aku bertahan, jika tidak aku perbarui terus perjanjian ku dengan-Mu. Sulit aku tenang, jika tidak selalu menyebut nama-Mu dalam mengevaluasi harian ku.

Aku ketuk pintu taubat-Mu, ampuni karat-karat dosa ku. Jauhkan aku dari tamak dunia dan dominasi ambisi. Lepaskan aku dari sesak nafsu amarah yang hanya akan mengurangi kemuliaan ku dihadapan-Mu.

Tuhan, tiada tuhan selain Engkau, terangi hatiku dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar, lapangkan lah dada-dada ku dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawaqal pada-Mu. Anugerahi aku ketaatan kepada-Mu sepanjang hayat ku. Tunjukilah aku kepada sesuatu yang membuat Engkau ridho dan lindungilah aku dari segala sesuatu yang menyebabkan terbitnya murka-Mu pada ku.

Sahabat...

Kita pernah bersimpuh dihadapan-Nya, menyusun sujud pada debu-Nya yang gelap. Kita sulam kata pinta, kita rangkai kalimat doa, memohon agar dalam hidup kita diberikan segalanya yang terbaik, agar Ia tunjuki kita jalan yang lurus, istiqomah di tengah fitnah, sabar di tengah makar, ikhlas menghadapi hidup yang keras, kemudian... airmata kita pun mengalir membasahi malam, sunyi, sepi.

Tapi... 

Kita masih saja lupa dengan sebait pinta yang pernah meluncur deras dari lisan kita... lupa akan arti kehidupan, lupa akan perjumpaan dengan-Nya, lupa akan tekad yang sudah lama tertanam... Kita kembali lupa, entah apa penyebabnya, selalu lupa bahwa mahkamah Allah tidak ada pengacara yang bisa kita bayar untuk membela kita.

Kehidupan yang kita lalui ini, sangatlah tidak berarti... masih ada kehidupan setelah ini...Kita harus kembali kepada-Nya, kepada Rabbi yang telah memberi kita rezeki. Sebelum kita benar-benar mengakhiri dunia ini.

Titipkan lah kerinduan pada malam, sampaikanlah padanya jangan pernah merenggang, agar senantiasa bisa kita nikmati sepertiga malam untuk sampaikan pesan agar hidup kita berlimpah iman.

Tiada guna penyesalan, masih ada waktu... Mari kita sama-sama perbaiki diri, benahi hati, sucikan jiwa. Mari melangkah kedepan, kita sambut hari esok penuh ceria, lukislah prestasi, gapai kemajuan... detik ini, besok atau pun nanti hari-hari kita harus berprestasi.

Kelak nanti akan kita temui kehidupan yang indah, diridhoi, diberkahi... tidak saja di dunia tapi juga di akhirat nanti.

Kita adalah mata pena yang tajam, yang siap menuliskan kebenaran... Kita adalah panah-panah terbujur yang siap dilepaskan dari busur. Kita adalah karang yang terus diterpa ombak hinaan... Kita bukan siapa-siapa kalau bukan karena kasih sayang Allah.

Senin, 24 November 2014

Kita semua adalah "Penulis..."

 


Sahabat...

Aku mencoba mengerti seperti apa hidup yang sudah aku jalani, akan aku bawa kemana hidup yang dititipkan Allah kepada ku dan akan dikenang sebagai apa seorang diriku ini setelah aku berada di bawah lipatan tanah.

Hidup adalah perjalanan menuju kematian kan? Katakanlah bahwa hidup adalah mengisi sebuah lembaran-lembaran kosong yang bernama buku kehidupan, yang akan dikembalikan kepada kita oleh Allah di mahkamah Allah pada saat kita dihisab nanti untuk kita pertanggungjawabkan.

Kemudian aku berpikir jika hidup ini adalah lembaran, dan lembaran itu adalah catatan kehidupan, sudahkah aku mengisinya dengan kebaikan-kebaikan, dengan jiwa yang membangun, dengan menjadi manusia bermanfaat bagi banyak orang, dengan menjadi sandaran luka bagi jiwa-jiwa yang luka.

Atau aku malah telah mengisi lembaran hidupku dengan menyakiti hati orang-orang yang mencintai ku, mengecewakan orang lain, bahkan hidup dalam kesombongan.


Sadarlah... bahwa kita semua adalah "Penulis".

Penulis lembaran kehidupan kita sendiri, jadi  bisa dipastikan bahwa kita semua adalah "Penulis" buku kehidupan kita.

Hidup ini singkat dan hidup ini hanya sekali. Maka jangan hanya sekedar hidup seperti orang yang hanya numpang lewat saja. Jika memang hanya singgah, buatlah singgah tersebut menjadi sesuatu yang akan diingat dan dikenang karena kita bermanfaat.

Karena hidup yang kita jalani kini adalah cerminan akan menjadi apa kita kelak. Makanya buat diri kita pantas dan layak untuk itu untuk dikenang. Apa yang kita tulis di buku kehidupan kita saat ini menentukan akan dikenang sebagai apa jika kelak kita wafat.

Isilah buku kehidupan kita dengan lembaran-lembaran yang berisi tulisan yang indah untuk dikenang oleh orang-orang yang akan kita tinggalkan. Buatlah hidup lebih hidup. 


Sabtu, 22 November 2014

Pagi Embun.



Sahabat,

Tiba-tiba, aku jadi ingat ada seseorang yang memanggil aku dengan sebutan "Embun", yang setiap pagi menyapa dengan dua kata "Pagi Embun" meski aku jarang membalas BBM/SMSnya, bahkan membiarkan misscallnya berulang-ulang ia tetap memanggil aku Embun... semoga Allah ridho.


Embun...

Adakah lebih indah dari beningnya embun pagi?! Butirannya menggelayut manja di dedaunan dan rerumputan bagaikan kristal yang bercahaya... ada cinta, ada kasih sayang dibeningnya, ada damai yang meresap ada rasa teduh yang membuncah, ada rindu.

Dan ada sejuta makna ketika embun itu terlihat bahkan terhampar di rerumputan di teras rumahku.

Ah... Indahnya bumi Allah.

Perhatikan deh bahwa hadirnya embun di pagi buta adalah bukti nyata dan pesan terindah dari Allah bahwa setelah malam yang pekat akan hadir hari baru...

Embun yang hadir pagi ini bukanlah embun yang kemarin hadir meski sama-sama bergelayut di ujung rumput... namun embun hari ini bukan embun yang kemarin, karena embun yang kemarin telah diluluh lantakkan oleh teriknya mentari.

... Dan hari ini Allah menghadirkan embun yang baru untuk bergelayut manja.

Embun adalah tanda kebesaran Allah sebagai petunjuk bahwa hari baru telah datang dan embun hari ini bukan embun yang kemarin dan embun hari ini juga bukan embun yang esok pagi akan datang. Begitulah Allah mengganti waktu ... yang kemarin tidak akan kembali dan esok bukan hari ini.

Subhanallah.

Maka nikmat mana lagi kah yang sanggup kita pungkiri setelah nikmat hari ini kita masih dititipkan nafas untuk kita isi dengan kebaikan bukan dengan keluh kesah karena kerja yang tidak pernah selesai.

Lihatlah embun, lihatlah beningnya, lihatlah manjanya bergelayut diujung daun dan lihatlah keikhlasannya pergi saat mentari datang...

Ah embun... Aku akan belajar dari mu untuk menjadi lembut, untuk menyejukkan dan untuk pergi jika mentari datang dan mengusir...

Untuk menjadi bukti kebesaran Allah yang telah menitipkan mata yang dapat melihat, telinga yang dapat mendengar dan mulut yang dapat bicara. Maha Suci Allah dengan segala ciptaan-Nya yang sempurna...


Lihatlah pagi, dengarkan lah azan subuh yang menggema dari buminya Allah memekik diantara bumi dan langit dan indahnya pagi milik Mu, Ya Allah.

#PagiEmbun.

Kamis, 20 November 2014

Jika itu adalah Aku.





"Bila Waktu Telah Berakhir"


Bagaimana kau merasa bangga
Akan dunia yang sementara

Bagaimanakah bila semua hilang dan pergi

Meninggalkan dirimu


Bagaimanakah bila saatnya
Waktu terhenti tak kau sadari

Masihkah ada jalan bagimu untuk kembali

Mengulangkan masa lalu


Dunia dipenuhi dengan hiasan
Semua dan segala yang ada akan

Kembali pada-Nya


Bila waktu telah memanggil
Teman sejati hanyalah amal

Bila waktu telah terhenti

Teman sejati tinggal lah sepi


Lyrik: Opick


Sahabat...

Dulu lagu lama ini yang di nyanyikan Opick sama sekali tidak bermakna untukku. Tapi kali ini... ketika aku mendengarnya berteman hujan yang mengguyur sore di Jakarta, ketika aku mendengarnya pada titik kesendirian yang sempurna, ketika aku mendengarnya lagi... dan lagi... aku mulai mengerti bukankah semua nafas pasti akan berhenti, hanya masalah waktu.

Aku jadi teringat setahun yang lalu, ketika sahabatku tercinta berpulang karena kanker. Ketika semalaman aku menungguinya terbujur kaku menunggu esok untuk dimandikan dan dikafani... semalaman itu aku melihatnya diam membisu.

Dan satu hal yang aku coba pahami.... jika yang terbujur diam membisu itu adalah aku, jika yang memiliki senyum indah mempesona terbungkus kain tipis berwarna putih, yang ketika tersingkap akan menjadi senyuman terakhir, dan pemilik senyum itu adalah aku, ketika selimut lembut terganti dengan kain batik berwarna coklat muda sebagai penghangat tubuh yang memang sudah mendingin... Jika itu adalah aku.

"Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri" 

(Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan)

Ada yang aku ingat setelah kepergian sahabatku adalah aku mulai memasukkan satu doa dalam setiap sujud-sujud ku, dalam setiap hening ku yaitu doa agar aku dimudahkan pada saat menghadapi saat-saat terakhir ku.

"Ya Allah, mudah kan lah bagi ku kelak dalam menghadapi sakaratul maut" 

Jika mulai sekarang kita memasukkan doa ini pada setiap hening kita, pada setiap kali kita meletakkan kening diatas sajadah, tidak ada salahnya kan?!

Satu yang pasti datang setelah kehidupan adalah kematian.  


Kalau besok tidak ada lagi waktu untuk kita setidaknya doa diatas akan memudahkan kita menghadapinya, Insya Allah.

Mengenang sahabat ku Sesi Arvinanto


Mawarputih


Sahabat,

Innalillahi wa Innaa ilaihi raajiun...

Dan sekali lagi airmata ku tumpah hari ini untuk mengenang setahun yang lalu berpulang seorang sahabat ke pangkuan Allah sang pemilik nafas karena kanker.

Ya Allah, terimalah Sahabat ku ini di Syurga-Mu ya Rabb.... Sungguh kami semua adalah milik-Mu yang bisa Engkau panggil pulang kapan saja, dimana saja dan dengan cara apa saja.

Rasanya baru kemarin aku dan Sesi menjadi saudara dan rasanya BBM dan Fb terakhir aku dan Sesi belum aku hapus dari inbox. Ah... sungguh nafas pasti akan berhenti.

Dan kini semuanya usai sudah, Sesi disembuhkan oleh Allah dari semua sesak nafas, dari segala sakit yang sering Sesi keluhkan, selesai sudah panas dingin akibat kemo dan Sesi telah sembuh dan berpulang. Mata indahnya kini tertutup untuk selama-lamanya... Selamat istirahat ya Sesi.

Kita semua pasti berpulang hanya masalah waktu... iya hanya masalah waktu kita pasti kembali ke tanah, dan Allah tempat kita kembali... Sungguh tidak ada yang abadi. 

Rabu, 19 November 2014

Meraih Kasih Illahi.

pena-kerinduan

Sahabat,
Malam ini aku ingin menulis... menulis tentang apa saja yang terlintas di benak ku, menulis yang terpendam di jiwaku, menulis tentang rinduku pada Illahi, menulis tentang indahnya sepi.
Malam ini aku tiba-tiba ingin merenung, berdua dengan Allah dalam hening... karena keheningan itu ada didalam diri. Iya, merenung malam ini terasa begitu indah, aku benar-benar merasa menjadi debu... debu yang berlari mendekati kesempurnaan Allah.
Ah... dadaku sesak!!

Aku ingin memiliki jiwa yang bahagia... janganlah lagi aku membalas nikmat Allah dengan dosa-dosa yang baru, yang lalu pun belum tentu terampuni. Dan jangan lah merasa bahwa tiada dosa aku miliki, merasa suci... padahal Allah Maha Tahu apa yang dilakukan oleh tubuhku.

Zina mata, zina lisan... Allah tahu apa yang aku sentuh dengan tangan ini, Allah tahu bagaimana aku riya, bahkan Allah tahu bagaimana kening ini jarang mengingat Allah meskipun aku sering sujud.

Allah Maha Tahu keadaan hati yang petantang-petenteng, sombong, merasa hebat, dusta, munafik... semua lumuran aib ini hanya Allah yang tahu. Dan Allah Maha Tahu kebusukan hatiku.

Ya Allah, inilah aku hamba Mu yang Engkau ciptakan, yang Engkau urus setiap saat... ampuni aku yang hanya debu, ampuni andai aku sering tidak ridho dengan ketentuan Mu.

Jadikan renungan ku malam ini pelembut hatiku...

Hati yang tidak pernah kesepian karena merasa kehadiran Mu, hati yang tenang karena mengingat Mu, hati yang penuh cinta kepada Mu, hati yang selalu rindu hanya untuk Mu.


Ya Allah, Aku merindukan menjadi bidadari di Surga Mu.

Selasa, 18 November 2014

Gue Laki-laki Takut Istri...

burung rajawali wikipedia

Sahabat...

Aku jadi ingat seorang sahabatku dimasa aku masih sekolah, yang sangat jagoan di mataku karena dia dulu adalah jagoan untuk kami yang perempuan, yang ketika aku dan sahabat lain di goda oleh lelaki lain maka ia akan dengan sigap memasang badan.

Sahabat jagoan ku ini tidak punya rasa takut sedikitpun dengan mahluk sejenisnya tapi ia takut dengan mahluk yang bernama perempuan pasalnya ia pernah menjalani ritual patah hati yang sanggup memporak porandakan nyalinya, hatinya, dan bahkan raganya...


Sahabat jagoan ku seperti Elang, burung besar berbulu hitam, memiliki kemampuan terbang yang kuat, sayap yang lebar, paruh yang besar dan tajam, serta kuku yang kuat. Elang juga memiliki penglihatan yang tajam untuk melihat dari jarak yang jauh sekalipun.

Maka jagoan kami ini kami panggil sang elang... di mataku ia adalah pelindung, dimana aku bisa berlindung dibelakang punggungnya untuk menghindari cubitan burung-burung lain, atau berlindung dari hantaman angin yang turun menemani hujan, dan melindungi aku dari semua yang membuat aku tidak nyaman jiwa dan raga ku. 

Ah sangat nyaman berada di dekatnya karena aku tidak akan takut melihat dunia karena aku tahu ada yang akan selalu berkorban untuk membuat aku aman. 

Tapi kini ia telah berubah, ia menemukan seorang perempuan yang ia sebut malaikat yang telah menjadi istrinya... siap dalam keadaan apapun, siap memberi kesejukkan dan siap ia lindungi seperti elang, dan siap mengobati semua sayatan di hati sang elang.

"Gue laki-laki takut istri... takut istri gue tidak masuk syurga, takut istri gue tidak mampu memberi kesaksian yang baik sewaktu gue dihisab di mahkamah Allah nanti dan gue takut istri gue tidak bisa gue lindungi dari dunia yang kejam, takut jika istri gue tidak bahagia... sumpah gue takut banget kalau sampai istri gue nanti tidak bisa terpenuhi semua kebutuhan lahir dan bathinnya".

Subhanallah.

Itu ucapannya suatu hari... 

Dan jujur, aku kehilangan kata-kata ketika mendengar ucapannya. Aku hanya membalas dengan senyuman sambil berucap dalam hati betapa beruntungnya perempuan yang sanggup menaklukan hati jagoan ini. Semoga Allah meridhoi.

Sahabat jagoan ku yang seperti elang dengan paruhnya yang panjang, akan membawa banyak makanan untuk menghidupi keluarganya yang menunggunya di dalam sarang diatas pohon yang paling tinggi.

Diletakkan pasangan dan anak-anaknya ditempat yang tinggi agar tidak terjangkau oleh burung yang lain dan di mangsa. Disanalah ia membangunkan sebuah istana untuk pasangannya, melindungi untuk mencintai, mencintai untuk mengimami, dan menjadi imam untuk membawa orang-orang yang ia cintai masuk kedalam syurga-Nya Allah kelak.

Aku percaya Allah tidak pernah ingkar janji dan ketika Dia mengatakan bahwa lelaki yang baik adalah untuk perempuan yang baik, maka itu benar adanya dan firman Allah adalah mutlak terjadi... dan Allah tidak pernah khilaf dengan ketukar atau salah memasangkan.

Jadi, jika ingin pasangan yang baik, maka menjadi baiklah dulu... dan Allah akan memenuhi janji-Nya, Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.

#Judulnya harusnya "Sang Elang" ya... hehehehe.

Senin, 17 November 2014

Bunga Seroja.

Bunga Lotus

Bunga Seroja

Mari menyusun seroja bunga seroja
Hiasan sanggul remaja putri remaja
Rupa yang elok di manja jangan di manja
Puja lah Ia oh saja sekedar saja

Mengapa kau bermenung oh adik berhati bingung
Janganlah engkau percaya dengan asmara
Sekarang bukan bermenung jangan bermenung
Mari bersama oh adik memitik bunga



Seroja... iya bunga seroja adalah satu-satunya keindahan yang bisa dilihat ditengah kesepian dan keheningan, ia jarang tumbuh diantara bunga-bunga cantik lainnya.

Ia tumbuh menyendiri, meski tidak seharum melati tapi indahnya sama, mekarnya sama, menyejukannya sama. Jika pun pada akhirnya satu persatu bunga seroja ini akan runtuh dan kita tidak bisa saling memiliki, kita tahu dimana harus menemui serpihan bunga yang jatuh, atau sekedar melihat dan menunggunya tumbuh lagi.

Hanya pemuda sederhana. Yang kecemerlangannya muncul lewat kesederhanaan yang ia tampilkan, terlihat dalam cahaya yang terpancarkan dari sepasang mata. Kecemerlangan yang terlihat bagai matahari perlahan muncul, atau menghilang di kaki langit.

Sahabat...

Tulisan diatas ini aku tulis di buku harian ku dengan tulisan tangan, sebulan yang lalu tanggal 17 Oktober 2014. Entah apa yang aku rasakan saat itu, aku amnesia untuk mengingatnya hehehehe.... dan tidak perlu diingat lagi memang.

Mengingat yang lalukan hanya akan menyesakkan dada... yang aku tahu saat itu aku ingin diam ditengah keramaian, diam seperti samudra yang tenang, seperti danau yang hening.

Di dalam diam itu aku bisa berbicara dengan hati,  mengamati nafas dan kesejatian ku, untuk memupuk kebajikan dan kebijaksanaan dalam diri. Diam itu emas dalam upaya mendewasakan diriku.

Dalam diam... aku sering bertanya "apakah yang aku lakukan ini benar, apakah yang aku lakukan itu salah?" dan jawabannya selalu aku temukan ketika aku hening dan diam. Karena kebenaran ada dalam hati nurani.

Berpisah!! iya... berpisah adalah sebuah kepastian dari setiap pertemuan tapi tetap saja menakutkan buat ku, trauma masa lalu.

Serpihan luka, kerinduan yang belum berhasil aku susun rapi harus berantakan lagi, hancur lagi, menepi lagi, dan luka... dan luka... dan luka...

Ya Allah, izinkan jika ada lagi pertemuan.... tidak ada luka lagi dari pertemuan yang ini. Ah !! kata orang cinta selalu berayun-ayun diantara harapan, kekecewaan, dan ketakutan. 

Terima kasih atas segala yang sudah kamu berikan untuk ku selama beberapa tahun ini. Jika pun pada akhirnya kita tidak bisa saling bertemu... kamu tahu dimana harus menemui bunga seroja, atau sekedar mainkan gitarmu dan nyanyikan lagunya untuk ku.


#mendadakromantis

Minggu, 16 November 2014

Suara Subuh.



Sahabat,

Kini setelah aku berkeluarga aku mengerti mengapa ayah dulu sewaktu aku masih kecil selalu mencipratkan air di wajah ku di waktu subuh, agar aku jiwaku merasakan segarnya bumi dan memupuk syukur dengan menikmati indahnya subuh...

Subhanallah... Maha Indah Allah, dan sangat indah di waktu subuh.

Ayah, terima kasih atas cipratan air di wajah ku waktu itu dan kini aku terbiasa bangun sebelum subuh... Insya Allah, menangi azan dan mengaji setelah shalat untuk mendengarkan suara subuh.

Coba deh... dengarlah suara subuh yaitu saat azan subuh menggema, karena didalamnya ada kalimat "Ash-shalaatu khairum-minan-nauum, ash-shalaatu khairum-minan-nauum" bahwa shalat lebih baik dari pada tidur, Allah Maha Indah itulah yang terbersit di jiwaku.

Bahkan cara membangunkan umat-Nya pun demikian indahnya kalimat, sangat lembut bahkan masuk ke dalam telinga ku, berdiam sejenak digendang telinga ku dan mengalir menyusup jiwaku yang hening... Subhanallah.

Rugi lah mereka yang tidak merasakan indahnya subuh, rugi lah yang tidak mampu menikmati hening, dan merugilah mereka yang tetap terlelap saat subuh menggema dan merugilah jika aku tertinggal saat-saat terindah menikmati keindahan Allah dalam hening nan indah.

Nikmatnya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata...

Dengarlah suara subuh...dan rasakan indahnya bumi Allah.

Yang membedakan adalah "Level Ketaqwaannya".

Sahabat...
Laki-laki dan perempuan itu sama, yang membedakan adalah level ketaqwaannya. Namun dalam teorinya, selalu ada penafsiran yang keliru dan cenderung sesat pikir.

Sebagai contoh artikel yang pernah aku baca berikut "Pengorbanan Istri Yang sering Tidak disadari Suami", di dalamnya berisi 7 poin pengorbanan istri terhadap suami.

Mengapa aku gunakan tanda petik dua (")... sebab menurutku apa yang ditulis di artikel tersebut bukan lah pengorbanan, namun kekeliruan pemahaman. Yang jelas hati kecil ku berontak dan tidak menerima jika perempuan direndahkan dengan pemahaman keliru.

Harus ada yang di koreksi...

Dari bagaimana cara berpikir sebagian orang mengenai posisi perempuan terutama ketika dipandang sebagai seorang istri.

Berikut komentar ku... (posisi sebagai seorang istri dan seorang perempuan).

1. Ketika suami menikah lagi dan istri berusaha menerima (dengan alasan ekonomi, agama atau alasan apapun).

Ia akan duduk sendiri di setiap malam dalam gelap kamar saat suaminya tengah mendekap mesra seorang perempuan lain di ranjang lain. Ia akan mungkin menangis karena terluka, tapi demi anak-anak ia akan berusaha menerimanya dengan sabar.

( Oh please, jangan jadikan seolah istri harus menerima itu semua. Istri berhak menolak. Bahkan... sebelum pernikahan perempuan punya hak untuk meminta calon suaminya untuk tidak menikah lagi selagi dia masih hidup.

Aku tidak mengharamkan poligami, tapi aku tidak suka.

Dan suami terbaik adalah ia yang tidak pernah membiarkan istrinya menangis, apalagi karena suaminya).

2. Sebagai istri siap mengorbankan impian-impiannya demi mengurus suami dan anak-anak.

(Jika yang dimaksud "mengurus suami" itu sebagai "babu, melakukan pekerjaan pembantu" please jangan dong... Tolong bedakan pekerjaan Ibu rumah tangga dengan pekerja Pembantu rumah tangga.

Bagiku, setiap orang punya hak untuk bermimpi dan mengejar impiannya masing-masing.

Pasangan yang baik adalah mereka yang bahu-membahu membantu suami atau istrinya mencapai impiannya. Sehingga berjaya bersama atau hancur bersama).

3. Ketika suami mencela masakan istri... Istri akan bersusah payah belajar masak dari siapapun untuk bisa menghidangkan makanan dengan rasa terbaik pada suami dan anak-anak.

(Kalau menggunakan ukuran agama... pertama, dilarang keras mencela makanan... kedua, wajib hukumnya berakhlak baik kepada istri dalam hal apapun. 

Ketahuilah, sepanjang hidup Rasulullah, beliau tidak pernah sekalipun mencela masakan yang dibuat istrinya).

4. Istri bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Jam kerjanya tidak terbatas. Ia bangun ketika siapapun di rumah belum bangun...

Ia mulai bekerja, memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, lalu mengurus suami sebelum pergi kerja, mengurus anak-anak berangkat sekolah, ketika pakaian kering di jemuran diangkat dan menyetrika dengan rapi.

(Please... istri bukanlah pembantu).

5. Kemudian setelah begitu capek mengurus rumah tangga, malam giliran memenuhi ini itu suaminya. Mulianya seorang istri adalah: tukang masak, tukang cuci, cleaning service, babu dan penghibur suami digabung jadi satu.

( Dimana letak kemuliaanya?? Bukankah ini bentuk perendahan sejadi-jadinya. Istri jadi seperti babu dan penghibur itu disebut mulia?!

Aku benar-benar berlindung dari cara berpikir seperti ini. Ini kesesatan berpikir yang fatal.)

6. Ketika suaminya menginginkan punya anak 4,5,6 atau 9 orang, sebagai istri harus siap menderita mengandung anak dan bertarung nyawa melahirkannya.

(Perlu dicatat, istri pun berhak untuk mengendalikan kelahiran. Suami pun harus tahu diri tentang hal ini).

7. Meski laki-laki tidak paham benar, tapi Allah Maha Mengerti... karena itulah Ia memberi reward pada pengorbanan perempuan. Bagi yang meninggal karena melahirkan anak, Tuhan langsung memberinya surga.

(Melahirkan adalah sebentuk jihad bagi perempuan).


------------------

Aku tidak habis pikir... mengapa pekerjaan dapur-sumur-kasur disematkan sebagai pekerjaan wajib istri. Sehingga mengepel, menyuci, menyetrika, dan sebagainya dianggap tugas perempuan.

Jika ada perempuan yang menjalani itu semua dengan penuh keikhlasan tanpa tekanan, tradisi budaya, atau pemahaman agama, bagi aku itu bagus sekali. Mungkin banyak alasan yang bisa diberikan.

Namun, jika itu semua dilakukan dengan keterpaksaan budaya... tanpa diketahui hakekatnya, maka itulah yang keliru. Lebih keliru lagi... jika kesalahan berpikir itu terus dikampanyekan seolah istri-istri akan mulia dengan melakukan pekerjaan pembantu atau seperti poin-poin diatas.

Keikhlasan karena kesadaran jauh lebih baik dari keikhlasan karena keterpaksaan.

Itu yang aku pahami secara sederhana.  

Sabtu, 15 November 2014

Memory





Memory

Sekedip matamu seakan dalam mimpi.
Senyummu, lesungmu, wajahmu menjelma
Hayalan lembut memukau hati
kedulu kala hari yang bahagia

Kau lari ku kejar, tertawa bercanda
Sumpahmu, sumpahku, yang kini tak tercapai
Kau pergi jauh, janji kembali
Kini kau pulang membawa kekasih

Memori kau membuka luka lama
Yang ingin ku lupa
Memori tolong daku pergi jauh
Janji tak kan kembali

Memory

Sahabat,

Seminggu ini aku disibukkan oleh kenangan masa-masa aku masih menjadi laskar pelangi berseragam putih biru... menggugah kembali kenangan lama...tapi senang, karena semua memory masa bocah dulu serasa ter-rewind sempurna, berputar kembali, dan berasa baru lulus SMP.


Kenang-kenangan itu tidak terasa pergi meninggalkan semua kegembiraan, keceriaan, gelak tawa serta canda ceria. Satu persatu kenangan itu hilang sekejap mata. Ada sederet senyum saat terlintas memory yang dulu kala.

Aku dan sahabat-sahabat ku kini sudah berubah, kami bukan lagi bocah centil yang tidak dapat duduk tenang, bukan bocah yang jahil di kelas, bukan bocah yang dulu sering menggoda, bukan bocah pendiam karena malu... 

Akankah kita tidak akan pernah bertemu lagi?

Semua yang pernah kita jalani, hari demi hari, waktu demi waktu. Tatkala kita lalui semuanya bersama, banyak hal yang pernah terjadi, karena itulah hidup yang kita miliki. Kadang benci, kesal, kecewa, juga senang, hormat dan sayang.

Sungguh luar biasa apa yang telah kita lalui bersama. Inikah pemberian tidak ternilai dari Sang Kuasa? Yang seringkali lupa kita syukuri adanya. Namun waktu tidak pernah kembali...

Ya Allah, titip rinduku....

#Trap in the past.

Kamis, 13 November 2014

Kejujuran..?!

Bulan

Sahabat,
Kejujuran itu biarlah Allah yang menilai sepenuhnya... Kejujuran memang mahal harganya. Sebab memang terlalu rumit untuk kacamata manusia. Dimensi manusia yang hanya mampu melihat sebatas mata memandang tidak bisa menembus hati nurani yang selalu jujur.
Aku berkali-kali tidak jujur untuk alasan yang menurut aku baik... padahal kesalahan itu tidak ada yang baik. Bohong... ya bohong... dusta... ya dusta, tetap saja salah untuk tujuan kebaikan sekalipun.
"Jujur atau tidak... orang kan tidak akan tahu... yang penting tidak menyakitkan orang" terlintas dalam pikiran ku. Tapi... benarkah hati nurani ku juga tidak akan sakit ketika aku tidak jujur?. Ya Allah ampuni ketidak jujuran ku...
Terus bagaimana dong?
Ehm... Aku jadi ingat ucapan (almarhum) ibu... "Menilai seseorang baik atau tidak... jujur atau tidak... tulus atau tidak... itu Hak Allah, dan jangan sekali-kali mengambil Hak Allah".
Heeh, iya... seharusnya aku tidak perlu khawatir... apakah dia jujur atau tidak... yang harus aku khawatirkan adalah... sudahkah aku jujur, bukan sudahkah dia jujur. :)
Allah, betapa terbatasnya mataku, betapa luasnya pandangan-Mu
Terbukti, aku seringkali salah menilai seseorang...
Haruskah aku gelisah dengan ketidak jujuran ke aku? Tidak Perlu.... biarlah Allah yang menilai karena tugas ku adalah jujur, bukan menilai orang jujur atau tidak. Allah Maha melihat, Maha Mendengar, dan mencatat semua ketidak jujuran itu.
Dan, sebuah ketidak jujuran juga tidak boleh menyakiti aku, apa lagi mengubah dunia ku, menghancurkan kebahagian ku... Jika terbukti ada ketidak jujuran... biarkan saja... maafkan dan ikhlaskan toh selamanya aku juga tidak jujur, dan jadikan sebagai pelajaran dan bekal untuk menjadi lebih jujur dari kemarin.
Sebab aku yang akan bertanggung jawab terhadap kejujuran atau ketidak jujuran ku di mahkamah Allah nanti. Iya aku, bukan yang lain.
Jujur yuk, beri diri kita harga yang mahal karena kita mampu jujur. Nikmat dipercayai orang loh.

Waktu Pulang!




Sahabat...

Kini aku tahu bahwa ada satu yang tidak akan pernah kembali, yaitu Waktu!!


Intinya.... bagaimana mengisi "waktu" yang mungkin tidak lama lagi ini, ingat selalu apakah perbuatan kita ini perbuatan yang Allah perintahkan atau yang dilarang-Nya.

Iya... sekarang Allah masih memberikan kita "waktu" kan? jangan sia-siakan. Perbaiki diri, jalankan perintah Allah dan jauhi larangan-Nya. Tugas kita hanya ini sebagai hamba.

Ketika Allah menyuruh shalat, zakat, sedekah, ikhlas, sabar, puasa, baca dan pahami Alquran... jalankan! Ketika Allah melarang kita mendekati zina, ngomongin orang, iri hati, dengki, marah dan melukai hati hamba-hamba yang lain... jangan lakukan!

Sekarang bayangkan ketika kita pulang menghadap Allah, apakah saat Allah memanggil kita pulang kita sedang mengejar dunia atau ketika panggilan pulang itu datang kita sedang mengejar akhirat???

Pulang, ketika aku mendengar kata "Pulang" hati kecil ku bertanya-tanya mengapa pulang ke rumah Allah begitu menakutkan bagi sebagian orang, dan bagi aku juga tentunya. 

Padahal kepulangan ke rumah Allah sudah pasti terjadi... mau tidak mau, terima tidak terima, siap tidak siap, saat itu akan datang pada semua. Mungkin bukan pulangnya yang menakutkan tapi karena ketika aku pulang aku tahu bahwa aku akan dihisab.

Harusnya aku menyadari bahwa jadwal kepulangan ku sudah diatur Allah kapan dan dimana aku akan dipanggil pulang, hanya tidak diberitahu ke aku kapan dan dimananya... karena kalau di kasih tahu nanti aku kaget :)

Dan Allah menunjukan kebesaran-Nya dengan menjadikan jadwal kepulangan manusia sebagai misteri... agar manusia menyadari bahwa Allah Maha Besar.


Aku hanya diberitahu bahwa aku pasti pulang... namun kapan dan dengan kendaraan apa aku pulang dirahasiakan oleh Allah.

Kapan berangkatnya aku memang tidak tahu karena jadwal kepulangan ku hanya Allah yang tahu, dan untuk kepulangan ini Allah memberi aku open tiket, iya... open tiket itu bernama "waktu". Dan... ini one way tiket loh bukan return tiket jadi waktu ini yang harus aku manfaatkan dengan cerdas.

Jangan mau jadi manusia yang bodoh dan mudah dibisikan setan hingga menjadi hamba setan untuk mengisi waktu dengan maksiat atau mau jadi hamba Allah. Waktu kita mungkin tidak lama lagi.

Kembali ke soal tiket tadi... ketika jadwal itu menjadi misteri, yang bisa aku lakukan adalah mengumpulkan bekal sebanyak banyaknya... agar aku dapat pulang dengan kendaraan ber-AC , mendapat window seat, mendapat tempat duduk di kelas executive yang lega.

Begitu sampai disana aku akan disambut oleh para ahli surga karena mereka menungguku, Aku bisa masuk dari pintu mana saja aku mau... dan bertemu dengan Allah, Dzat pemilik segala ke-Agungan. Subhanallah sungguh tempat pulang yang sangat indah.