Powered By Blogger

Sabtu, 18 Juli 2015

SABTU {Lebaran}.

Sahabat,

Tulisan ku beberapa hari ini aku menggunakan judul dengan nama-nama hari... iya, hari-hari yang aku lalui selama seminggu dari minggu sampai Sabtu.

Hari ini 1 syawal 1436 H (18 Juli 2015)... Lebaran untuk ku adalah telinga ku penuh gema takbir yang menggema mengantarkan kalimat takbir tanpa putus, suara itu tidak hanya memecahkan kesunyian antara langit dan bumi namun juga mampu memecahkan keheningan di setiap lubuk hati hamba-hamba Allah... iya, bergetar rasanya.

Semenjak pindah ke negara ini 6 bulan yang lalu, aku pikir tidak akan pernah aku temui lagi suara takbir yang menembus langit, ah indahnya dan memang tidak aku temui, hanya suara angin, suara kendaraan...

Tapi bukan suasana kota yang ingin aku ceritakan, tapi sesuatu yang jauh luar biasa. Gini... beberapa bulan yang lalu aku tinggal di kota tua. Suasana ditempat aku tinggal bisa dibilang seperti kampung santri sungguh indah tenangkan hati, betapa adem dan damainya melihat anak-anak, para pemuda dan laki-laki tua berbaju disdash (baju panjang semata kaki) adalah pemandangan yang menyejukan, atau subuh yang padatnya seperti subuh di bulan ramadhan. Dan bukan tentang mereka yang hendak aku tulis tapi suasana lebaran nya.

Lebaran di kampung santri (demikian aku sebut daerah tempat tinggal ku), sebuah perkampungan dijalan sempit menyerupai gang, jalan yang turun naik seperti melewati lorong adalah sesuatu yang berbeda buat ku. Mereka berbondong-bondong berangkat ke mesjid bersamaan dengan terbitnya matahari  untuk melaksanakan shalat Ied berjamaah yang semuanya tampak bahagia.

Alhamdulillah sungguh inilah cara Allah membahagiakan hamba-hamba yang merayakan kemenangan melawan hawa nafsu atas ibadah sebulan penuh... iya, merayakan kemenangan melawan amarah, melawan hawa nafsu, melawan dusta, melawan hati nurani.

Lebaran untuk ku adalah menerima ucapan dari anak-anak tercinta yang berada di benua lain... memohon keridhoan seorang ibu atas segala yang mereka lakukan dan terjadi dengan mereka, berceloteh di video call dan mengatakan betapa mereka sangat merindukan ku, sangat ingin di peluk, sangat ingin sungkem. Ya Allah, sampaikan doa-doa ku buat mereka... katakan pada mereka bahwa mereka sudah dewasa sekarang.

Lebaran untuk ku adalah menerima dan mengirim puluhan WhatsApp dari dan ke para sahabat, meminta keikhlasan untuk memaafkan segala kesalahan, dusta, kesombongan, ketidak sanggupan bertoleransi selama bersama... iya, maafkan aku jika ternyata aku belum mampu menjadi sahabat terbaik... meskipun aku telah mampu menjadi sahabat termanis... he3x.

Ah, terlalu banyak khilaf ku sebagai manusia.

Selamat jalan Ramadhan, semoga tahun depan Allah masih menitipkan nafas untuk ku hingga aku bisa bertemu lagi dengan ramadhan nan indah, tempat mencuci segala keruh jiwaku.

Jumat, 17 Juli 2015

JUMAT {Daun}

 
Sahabat,

Jumat pagi aku habiskan waktu dirumah saja... dan pagi ini hingga siang aku membenamkan diri di sofa yang sangat empuk sambil membaca buku... ah indahnya pagi !! Alhamdulillah... inilah cara terindah bagi ku untuk mengisi waktu.

Ada yang bilang bahwa hidup ini seperti membaca buku dimana tidak semua halaman berisi cerita bahagia, kalau halaman yang kita baca sekarang ini terasa sesak, sedih, menyakitkan, penuh masalah... baca saja terus, nanti ada halaman yang bahagia, ada halaman yang akan membuat kita terbahak-bahak lucu, terus saja membaca, jangan buku ini berakhir.

Seperti daun yang jatuh tertiup angin, dia tidak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja, tidak melawan... mengikhlaskan semua.... semakin banyak yang jatuh semakin tumbuh daun-daun baru.

Begitulah seharusnya aku sebagai manusia, patuh pada kententuan Allah, tanpa melawan... semakin aku lawan akan semakin sengsara hidup ku, sibuk menampik, sibuk mencari pembenaran atas kesalahan yang terjadi, sibuk berkeluh kesah atas segala kekecewaan dan kehilangan.

Belajar dari kehilangan demi kehilangan, kekecewaan demi kekecewaan dari hidup yang aku jalani puluhan tahun... kemudian satu persatu sahabat berguguran seperti daun, hilang tertiup angin, menguap entah kemana, dan pada akhirnya aku sadari bahwa hanya tinggal aku... saat aku sendiri justru Allah hadir dengan syahdu, sedikit demi sedikit aku mulai merasakan tidak ada lagi yang aku butuhkan kecuali Allah.

Manusia memang mahluk sosial termasuk aku... tapi sendiri pada saat aku butuh Allah ternyata sesuatu yang aku butuhkan, kemudian Allah memberikan teman-teman terbaik untuk mendampingi ku sebagai penganti teman-teman yang jatuh berguguran, dan tidak tanggung-tanggung Allah memberikan semua yang aku butuhkan untuk aku cintai dan mencintai ku.

Jadikan setiap kejadian hanya sekedar kejadian karena yang bikin hidup ini rumit kan sebenarnya diri kita sendiri. 


Kamis, 16 Juli 2015

KAMIS {Cinta}

Sahabat,
Malam tadi kami berbagi cerita tentang cinta yang tidak akan ada habisnya jika dibicarakan... karena setiap orang pasti akan punya cinta yang baru.
Kamis ini terbayang oleh ku adalah masa 25 tahun 6 bulan yang telah aku lalui bersama bapaknya anak-anak, sungguh bukan waktu yang pendek, itu artinya sudah 9.216 malam kami lewati bersama, menembus kabut melawan dingin... ehm, sudah berapa pertengkarankah terjadi dan sudah berapa besar kekuatan cinta kembali menyatukan kami, sudah berapa kalikah kami saling menggenggam tangan, saling mengisi sisi-sisi jemari yang kosong dengan jemari pasangan ketika badai menghantam kapal pernikahan kami untuk membuatnya tidak karam, membuatnya tidak kehilangan arah, dan membuat kapal itu penuh cinta.
Subhanallah ini lah surga sebelum surga Allah.
Iya, aku memang selalu takjub jika ada pasangan yang mampu membuktikan bahwa cinta itu ada, bahwa cinta itu ibadah dan bahwa cinta itu ada sebagai bukti bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang.
Lihatlah betapa bahagianya setiap mahluk yang dianugerahi Allah kasih sayang... hidup akan lebih bermakna, nafas akan lebih indah, dan esok akan penuh dengan harapan.
Inilah bukti bahwa Allah itu sangat lembut karena cinta tidak pernah menyakiti, cinta adalah kelembutan, dan subhanallah, kalimat ini yang terus terus dan meluncur dari mulut ku.
Inilah cinta yang Allah miliki, cinta tanpa menyakiti, cinta yang tidak meletakkan pasangannya disudut kamar, memegang dada menahan sakit, cinta yang tanpa kekerasan.
Ah indahnya cara Allah menempatkan aku disini hari ini, untuk memberi kabar kepada ku bahwa Allah memiliki begitu banyak keindahan di Negara ini... Allah Akbar, dan Allah ingin mengatakan kepada ku "Cinta itu ada, dan ini buktinya".
Cinta milik Allah.


Rabu, 15 Juli 2015

RABU {Menemukan}.

Sahabat,
Kangen selalu... inilah aku, yang mencoba menempatkan silaturahmi menjadi bagian dari hidup ku. Bahkan untuk orang yang pernah menorehkan luka dihati ku sekalipun. Tidak mengapa, aku ingin mencium baunya surga milik Allah dengan menyambung kembali silaturahmi.
Hari Rabu ini aku teringat ucapan sahabat ku kemaren bahwa manusia tidak pernah puas, bahwa sedikit sekali manusia yang mampu mensyukuri pemberian Allah.
Sahabatku ini mengumpamakan seperti kita duduk di depan meja yang tersedia nasi hangat, sayur asem, ikan asin, ayam goreng, tapi... hanya karena sambel yang tidak ada di atas meja lalu kita merasa tidak bahagia. Kita tidak mau makan sajian Allah yang ada dihadapkan kita. Kita tidak mampu bersyukur hanya karena impian kita menikmati sambal belum tercapai... dan gugur semua nikmat-nikmat yang lain. Mungkin Allah belum memberikan sambal yang nikmat itu karena Allah tahu bahwa perut kita belum mampu mencicipinya, kita akan sakit perut. Bukankah Allah Maha Tahu apa-Apa yang pantas kita miliki dan apa-apa yang menunggu kita kuat untuk memilikinya?
Dan kini...
Sambil tersenyum aku katakan pada diri ku sendiri "Aku musti mensyukuri apa yang saat ini aku miliki dan belum aku miliki, belajar menerima pemberian Allah, nikmati dan syukuri yang ada ini, agar ditambah lagi nikmat-nikmat yang lain oleh Allah... jangan lupa bahwa semua yang aku miliki adalah amanah, yang akan diminta pertanggung jawaban di mahkamah Allah nanti, siapkan jiwa untuk itu saja dulu, dan nikmati pemberian Allah di depan ku saat ini, itu saja dulu".
Aku jadi teringat luka yang pernah seorang sahabat  ku torehkan hampir setahun yang lalu (persisnya bulan November 2014), saat itu aku berusaha untuk bersyukur dengan menerima kehilangannya.
Ah, sungguh kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari... Hidup adalah misteri milik Allah, inilah pelajaran yang aku dapat hari ini.
Terima kasih Allah, Engkau beri kesempatan hamba untuk menyulam kembali jiwa ku yang terkoyak dengan cara yang tidak pernah aku duga...


Selasa, 14 Juli 2015

SELASA {Silaturahmi}

Sahabat,
Semoga aku tidak menjadi riya, karena jujur dari dasar hati ku yang paling dalam, aku tidak berharap pujian... aku hanya ingin mengungkapkan apa yang aku pikirkan sambil mengasah jiwa ku... Aku hanya ingin menulis...
Selasa, sepagian aku mengisi jiwa ku dengan berkunjung ke rumah salah satu sahabat... Kedatangan ku kali ini adalah untuk mengambil buku yang akan aku pinjam.
Sejujurnya, aku kagum dengan sahabat ku ini... kagum dengan keseluruhan ujiannya, ketabahannya menakjubkan, kesabarannya tidak berujung, kekuatannya seperti karang, hatinya lembut, tekadnya sekuat baja...
Dimata ku dia bukan hanya sahabat tapi juga tempat aku menimba ilmu..."Jangan menilai diri mu tidak bisa apa-apa, kamu punya segalanya... kamu pintar, cantik, mapan, punya masa kecil yang penuh cinta dimana tidak semua orang bisa memiliki... (ah, sahabatku mulai berlebihan menilai ku)".
Lanjutnya lagi... "kamu boleh sabar dan terus dekatkan diri kepada Allah, tapi tetap harus ikhtiar. Bukan hanya sabar, ikhlas lalu diam tapi harus berusaha... dan baru bersabar untuk menunggu hasilnya. Ikhtiar harus maksimal dan pasrah akan hasil yang akan diberikan Allah. letakkan di titik nadir untuk semua hasilnya".
Aku tertampar bahwa selama ini aku hanya bisa berkeluh kesah pada Allah, aku hanya bisa mengadu kepada Allah, tapi... Allah belum melihat cara ku, ikhtiar ku, Allah belum melihat cara ku kembali menyusun jiwaku dari kekecewaan demi kekecewaan, dari kehilangan demi kehilangan yang telah memporak-porandakan jiwa ku.
Ya Allah bimbing hamba agar hidup hamba adalah atas ridho Mu, bukan untuk yang lain. Aamiin YRA.


Senin, 13 Juli 2015

SENIN {Selalu Ada Yang Istimewa}

Sahabat,

Senin ini aku habiskan waktu dengan dua sahabat...

Selalu ada yang istimewa dari perjalan nafas ku hari ini. Disepanjang obrolan kami berbicara tentang cara beribadah yang benar, tentang gunung batu di belakang rumah ku, tentang kebun kurma, tentang langkanya air, tentang amanah... dan tentang kebesaran Allah lainnya.

Dan selalu ada yang istimewa pada saat shalat tiba...

Kami shalat bersama. Wudhunya menggunakan air yang mengalir dari tandon (tempat penampuang air) di atas rumahku yang dialirkan melalui kran, air ini terus mengalir... ah, airnya panas sekali menyapa wajah ku, membersihkan telinga ku, dahi ku, lengan ku, tengkuk ku dan kaki ku.... Alhamdulillah.

Kemudian kami shalat di dalam ruang kamar yang kosong... meletakkan kepala ku yang lelah di atas sajadah yang digelar di atas keramik, nikmatnya luar biasa, indahnya tak tertandingi meluncur dijiwa ku. Terima kasih Allah, aku bahagia dengan pertemuan ini, rasanya tidak ingin mensudahi shalat kali ini, rasanya ingin lebih lama berada di kamar ini, rasanya ingin mendengar suara alunan zikir kami.. rasanya ingin terus merasakan lembutnya suara kami ini... he3x.

Tiba-tiba ada setangkai rindu menyeruak dilubuk hati  untuk seorang sahabat sejati ku entah dimana sekarang... sms pun aku susun tapi tidak jadi aku kirim karena aku takut terluka dan melukai. Iya biarlah begini... biarlah jauh, dan penuh dengan tangkai dan rangkaian rindu.

Hah !!... Inilah hidup ku, helaan nafas ku, jiwa ku, syukur ku, jalan setapak yang harus aku lalui, tulus kasih sayang yang harus terus aku cahayakan dari jiwa ku, proses hidup ku, rindu ku pada Illahi.


Allah... aku merindukan Mu.


Minggu, 12 Juli 2015

MINGGU {Doa Yang Mengacam}.

Sahabat,
Hari Minggu ini aku mendapat hikmah dari membaca tulisan seorang sahabat ku "doa yang mengancam", tulisan sederhana, bahkan mutu menurut ukuran ku.
Bukankah kita harus pandai mengambil hikmah dari setiap detik napas kita yang terhampar kan... !? Ahhh.... beningnya hati yang mampu menjadikan setiap helaan nafas, setiap langkah terayun, setiap waktu menjadi hikmah dalam hidup.
Kembali ke tulisan sahabat ku ini... Aku belajar dari dua tokoh yang bersahabat, salah satunya adalah yang "bekerja untuk Allah", tokoh ini telah menjadikan Allah bossnya. Sedangkan tokoh yang satu lagi selalu meminta didoakan oleh sahabatnya. Dan sahabatnya  ini akan menjawab santai "ngapain tanya gue, emangnya gue asisten Allah... kalo berdoa itu ya langsung dong kepada Allah bukan kepada yang lain".
Aku jadi teringat... aku yang selalu berlari-lari menyegerakan menghadap jika boss memanggil, bahkan aku kehilangan idealisme ku ketika boss meminta aku membuat laporan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Kalau tidak patuh pasti gaji ku gak naik, karir tertahan karena catatan buruk dan yang pasti bisa dipecat.
Lalu aku mulai berpikir jika aku menjadikan Allah boss untuk ku, seharusnya aku juga menjalankan semua perintah Nya dan menjauhi larangan Nya... Jangan sampai Allah marah, kalau Allah murka maka tunggulah hingga DIA yang menegur. Dan sebagai "boss" Allah kan berhak menegur bila aku salah kan?.
Jadi setelah membaca tulisan sahabat ku ini... Aku harus menjadikan Allah boss ku dan aku wajib meminta langsung disetiap sujud ku setelah itu aku
akan ikhtiar dan hasilnya mutlak milik Allah.
Nggak usah repot-repot mengatur Allah bahwa hasilnya harus seperti yang aku inginkan... emangnya aku siapa !!.
Terima kasih ya Allah yang telah memberi aku mata yang dapat melihat dan telinga yang dapat mendengar... sehingga tulisan yang aku baca hari minggu ini berhikmah.


Jumat, 10 Juli 2015

Alumnus Ramadhan.

 
 
 
Sahabat,
 
Ramadhan sudah akan bergegas pergi...

Tersadar dan betapa malunya aku ketika aku pun ikut ke mall membeli baju lebaran, bergegas membeli kue lebaran, bergegas membeli tiket pulang kampung (eeehhh salah yang ini gak ikutan  karena nggak pulkam), bergegas menyiapkan pesta bukan bergegas  dengan ibadah di hari yang tersisa ini.

Sungguh aku tidak tahu apakah aku yang meninggalkan Ramadhan atau Ramadhan yang meninggalkan aku.

"Ya Allah, jangan Engkau jadikan puasa ini sebagai terakhir dalam hidup ku. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasa ku ini sebagai puasa yang dirahmati bukan yang hampa semata".

Semoga jiwa ku menjadi jiwa-jiwa yang akan terus bersemangat untuk meneruskan apa-apa yang aku lakukan selama Ramadhan.

Menjadi manusia yang menjadikan hari-hari di sebelas bulan esok adalah hari-hari yang berkualitas ibadah dan bersikap yang sama dengan menjaga agar tetap stabil.

Dan terus menerus berusaha tetap menstabilkan kualitas ketaqwaan ku kepada Allah sampai kemudian Allah menakdirkan untuk bertemu kembali pada Ramadhan berikutnya.

Dan kini aku hanya Alumnus Ramadhan...

Semoga aku menjadi alumnus Ramadhan yang menerapkan ihsan yang merasa terus menerus di awasi oleh Allah dalam setiap helaan nafas ku.

Yang sadar betul bahwa bumi ini akan menjadi saksi atas semua perbuatan ku di muka bumi Allah, kemudian tetap menghidupkan malam-malamnya dengan qiyamul lail.

Merasakan kembali kenikmatan berbuka dengan menghidupkan puasa-puasa sunah.

Sahabat,

Ramadhan hendak bergegas pergi, dan aku masih saja belum banyak berbuat... Sungguh tak ada perpisahan yang tidak menyesakkan dada.

Selamat tinggal Ramadhan, semoga aku mampu menjadi Alumnus Ramadhan yang baik, menjadi hamba yang lebih baik lagi di mata Allah, bukan di mata yang lain.

Menangislah untuk Ramadhan yang aka hilang.
 

Jumat, 03 Juli 2015

Depresiasi Iman

 
Sahabat,
 
Beberapa bulan yang lalu aku mengalami pasang surut keimanan, bukan pasang surut mungkin, tapi depresi iman gitu he3x.
 
Apapun istilahnya, pokoknya beberapa bulan yang lalu aku memutuskan untuk sementara berhenti berdoa, karena aku merasa Allah koq pelit banget sih. hahahaha....
 
Ngambek sama Allah..??
 
Gimana kalau Allah yang ngambek dan nggak mau dekat-dekat aku lagi? nggak mau dengerin aku ngeluh lagi, dan nggak mau menemani aku pas lagi sendiri, gimana hayo??
 
Heeh...
 
Ternyata aku salah... beberapa bulan yang lalu aku salah menafsirkan arti takdir dan harapan. Aku pikir ketika hal itu sudah menjadi takdir maka rasanya sia-sia lah doa ku.
 
Mustinya aku bertanya pada diri sendiri, pemilik takdir itu siapa sih ?? dan aku berdoa kepada siapa sih?  Allah  kan?
 
Nah berarti ketika pemiliknya hanya Allah, maka ketika  Allah berkehendak mengubah takdir seperti apa yang aku doakan, nggak ada yang mustahil kan.

Ah ceteknya ilmu ku, maka setelah ini aku memutuskan untuk terus berdoa hingga doa di kabulkan.
 
Sebagai manusia yang mengaku beriman, seharusnya aku yakin dengan janji-janji Allah, bahwa Allah akan mengabulkan semua doa-doa ku dan Allah tidak pernah ingkar janji. Asal aku tahu bahwa semua itu adalah Kehendak Allah.

Aku minta saja agar Allah menjaga hati ku untuk tetap percaya pada-Nya, tetap bersemangat hidup, tetap mau berjuang keras memelihara ibadah dengan tauhid yang sempurna bersandar dan bergantung pada-Nya, dan tetap percaya bahwa Allah betul-betul akan menolong ku.
 
Waktunya menyerahkan segalanya kepada Allah Yang Maha Menyelesaikan semua permasalahan. Yakin dan jangan berhenti berdoa, mungkin memang belum waktunya aku memiliki apa yang aku pinta, kan Allah Yang Maha Tahu kapan waktu yang pas untuk mengabulkan doa ku. Yakin dan berpositif thinking.
 
Jangan pernah ngambek lagi ya diri ku... gimana kalau doanya diganti dengan syukur dulu... "ya Allah terima kasih atas tubuh yang sehat dan mampu berdiri, atas rezeki yang berlimpah, atas kesempatan melihat Negara lain".
 
 Terima kasih ya Allah membangunkan aku dari lelah yang panjang.


Kamis, 02 Juli 2015

Silaturahmi Bukan CLBK.

 
 
Sahabat,
 
Kemarin ada rasa yang melonjak-lonjak di jiwa ku...(ahhh... hati nurani ku mulai nakal). Kenapa sih selalu bersalaman, cium pipi kanan cium pipi kiri ketika bertemu dengan semua yang aku kenal?! kan repot tuh... he3x 
 
Begini aku jelaskan yaa...

"Sahabat tahu tidak bahwa silaturahmi tidak sekedar bersentuh tangan atau cium pipi kanan kiri seperti yang aku lakukan, itu hanya masalah menyenangkan hati orang lain tapi dengan begitu aku ingin menunjukkan bahwa silaturahmi itu adalah berbagi keindahan, dan menyambung yang mungkin terputus selama aku tidak bertemu dengan orang itu, karena mungkin besok kita tidak bertemu lagi, dan jika itu terjadi maka aku telah meminta maaf, dan memaafkan sehingga tidak ada lagi hisab, ini silaturahmi dan untuk membuat aku dikenang orang karena kebaikkan ku, insya Allah maka aku bersalaman atau cium pipi kanan kiri, ini bentuk fisik agar dikenang".

Dari pengalaman hidup aku belajar, bahwa silaturahmi itu adalah sesuatu yang lebih hakiki dari sekedar berjabat tangan cium pipi kanan kiri, ada aspek mental dan keluasan hati. Sesuai dengan asal kata dari silaturahmi itu sendiri, yaitu shilat yang berarti menyambung, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang. Menyambung kasih sayang.
 
Jadi yang disebut bersilaturahmi itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah menyambung apa yang telah putus agar tersambung kembali senyum manis dan kisah-kisah indah.
 
Belajar dari kata menyambung kasih sayang, berarti silaturahmi bukan CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali)... pasti salah donk ya? ah hati nurani ku mulai nakal lagi.. nimbrung gak jelas. Haih bukan... bukan itu... walaupun ada yang melakukan dengan alasan bersilaturahmi... heeh, salah kaprah !!! yang penting tidak saling meninggalkan, tidak saling menyakiti. Silaturahmi tidak putus dan cinta tetap ada, Loh koq !!!... tolong hapus kalimat yang terakhir ya hehehe....
 
Semoga Allah memberi kerinduan yang dalam dan mengerakkan hati ku untuk kembali menjadi bagian dari nafas-nafas kita.