Powered By Blogger

Sabtu, 27 Juni 2015

Luka.

 
 
Sahabat,
 
Dia begitu tegar, begitu ikhlas, begitu sabar bahkan satu kata marah pun tidak pernah aku dengar dari mulut mungilnya... padahal semua yang ia miliki, diambil oleh Allah, bahkan suami yang paling ia harapkan mampu menjadi sandaran hati ternyata telah mendustainya selama ini.
 
 
Heeh janji-janji manusia memang mudah sekali untuk diingkari ya ?!
 
 
Manusia bisa berubah bahkan tanpa alasan yang bisa dimengerti. Manusia akan mengubah wujudnya tanpa memikirkan seberapa dalam luka yang ia titipkan.
 
Tapi...
 
Allah Maha Membalas setiap perbuatan, semoga setiap luka yang dititipkan akan terbalas, dan balasan Allah bisa dipastikan pas takarannya.
 
Luka itu utusan Allah untuk menguatkan, untuk tidak menjadi cengeng, dan yang pasti dengan semua luka banyak pelajaran dan hikmah diberikan oleh Allah.
 
Satu hal yang aku pelajari dari luka bahwa luka akan membuat aku lebih menjaga hatiku agar aku tidak melukai orang lain, seperti aku dilukai.
 
Luka itu utusan Allah.... Emmm... sepanjang yang aku tahu, setiap utusan pasti membawa misi dan misi dari sebuah luka adalah untuk menguatkan setiap hamba. bener nggak?!
 
Jika luka adalah utusan Allah kira-kira misi apa yang hendak disampaikan kepada ku ya?
 
Misi dari luka adalah memberi pengertian kepada ku bahwa Allah lah tempat aku menggantungkan semua urusan.
 
Karena ketika aku luka dan mengandalkan airmata ternyata luka itu tidak luruh bersama airmata. Ketika aku mengandalkan sahabat ternyata mereka tidak sepenuhnya mengerti, semakin aku direndahkan dan diremehkan.
 
Ternyata luka adalah sampan yang membuat aku mengerti bahwa sebagai hamba aku tidak memiliki kekuatan apa-apa selain menyerahkan segala urusan kepada Allah...
 
Tidak ada masalah yang tidak bermuara, tidak ada kebahagian yang tidak bertepi, inilah dunia... ketika aku menjadikan dunia sebagai tujuan maka hanya luka yang aku dapat.
 
Ikhlas atas kehilangan... Sabar atas segala perih... Tawakal berserah diri kepada Allah... Mengembalikan semua urusan dunia... dan lihat bagaimana Allah menolong ku.
 
Jangan bilang aku berlebihan menatap luka ya, dan jangan tambah luka ku lagi.

 

Jumat, 26 Juni 2015

Perjalanan Hidup,

 
 
 
Sahabat,
 
Aku belajar bahwa hidup adalah sebuah perjalanan seorang hamba menuju kepada pemiliknya.
 
Tapi....
 
Perjalan hidup memaksa aku untuk menghapus lembaran lama untuk tidak mengingat-ingat lagi, meski memori tersimpan di lubuk hati.
 
Heeh melupakan tidak menghapus ternyata !?
 
Karena luka tetap akan datang dan datang lagi hanya bentuknya berbeda, dari orang yang berbeda pula. Iya hidup memang permainan hati.

Karena jika hidup tanpa luka dimana bahagia ?! tidak akan terasa bahagia jika tidak tahu rasanya luka kan ??
 
Bahagianya aku saat ini karena aku mampu mentertawakan luka, mampu berdiri, karena perjalanan hidup telah mengajarkan aku bahwa Allah ada dan selalu ada disetiap luka dan bahagia.

Menurut ku...
 
"Hidup ini berat atau tidak adalah bagaimana aku memandangnya...... Artinya ketika Allah hadir maka tidak ada lagi yang sulit dalam hidup ini, hati tenang dari galau, pikiran jernih tanpa terganggu hal-hal yang menyesakkan dada tentang prilaku orang lain terhadap ku."
 
 
Tidak  ada yang mampu membuat aku bersedih kecuali Allah. Tidak ada yang mampu membuat aku bahagia pula kecuali Allah.
 
 
Bagaimana mencapai level seperti itu? dan kapan pertolongan Allah itu datang? aku bertanya dalam hati.
 
 
Pertolongan Allah datang ketika aku mendatangi Allah itulah jawaban yang aku dapatkan dalam perjalanan hidupku ini.
 
Begini...
 
Kalau aku butuh pertolongan tetapi tidak mendatangi Allah gimana Allah mau menolong ku?? tidak akan ada, tidak akan datang pertolongan Allah itu.
 
 
Aku datang selangkah mendekat, Allah telah sehasta menghampiri.... Subhanallah...
 
 
Ada banyak hal sederhana yang mampu membuat hidup menjadi lebih hidup, mampu menjadi hidayah dan hikmah.
 
 
Let's find it !!.

Minggu, 21 Juni 2015

Berjiwa Setenang Samudera

 
 
Sahabat,
 
Lihatlah betapa tenangnya samudera nan luas yang dilihat dari ujung pantai, sangat hening, diam tidak bergerak, khidmat, dingin, hampa, bahkan angker.
 
Tapi...
 
Tahukah apa yang terjadi di bawah samudera itu? yaitu gelombang maha dahsyat, runtuhnya gunung es di bawah laut, bergemuruh, bahkan ikan besar memangsa ikan kecil, hiu berebut mangsa.
 
Itulah samudera.... apa yang tampak dipermukaan beda dengan yang ada di dalam samudera.
 
Begitu juga jiwa manusia... tenang tidak berarti tidak bergejolak, bahagia tidak berarti tidak menyimpan luka, tertawa tidak berarti tidak menyimpan tangis, hening tidak berarti tidak menyimpan amarah... dst.
 
Aku pun menilai bahwa jiwa manusia adalah samudera yang nampak tenang namun bergejolak di dalamnya.
 
Gejolak rasa itu akan selalu ada suka tidak suka ia akan hadir. Dan... Allah adalah penenang gejolak itu, hanya Allah bukan yang lain.
 
Allah akan hadir ketika aku mampu meredam amarah, ketika aku mampu mengubah dendam menjadi doa, ketika aku sanggup menahan gejolak jiwa ku menjadi hening.
 
Ketika aku berusaha setenang samudera menghadapi semua riak hidup maka yang di dalam samudera akan ditenangkan oleh pemilik jiwa yaitu Allah.
 
Beginilah kira-kira yang aku yakini...
 
Atau salah ?!
 
Karena tidak jujur dengan perasaan sendiri???
 
Kemudian aku bertanya-tanya sanggupkah jiwa ku terlihat apa adanya, menangis ketika ingin menangis tanpa takut terlihat cengeng dan rapuh, marah ketika ingin marah tanpa harus pura-pura tersenyum untuk menyenangkan hati semua orang.
 
Mampukah aku melepas pembungkus rasa ku untuk menjadi aku apa adanya seperti yang terlihat ?! dan kemudian sedikit demi sedikit aku akan kehilangan orang-orang yang aku sayangi hanya karena aku ingin terlihat apa adanya aku ?! menjadi aku yang tanpa topeng, tanpa pembungkus rasa.
 
Agak sulit untuk ku karena aku selalu merasa bahwa hidup ku bukan untuk diri ku sendiri tapi untuk banyak orang.
 
Lalu bagaimana cara membuat yang di dalam samudera setenang di luar samudera... sebening dan sebiru luarnya ?!
 
Salah satu cara untuk memiliki jiwa setenang samudera adalah selalu dalam keadaan berwudhu, selalu berdzikir dan mengingat Allah. Rasakan sedikit demi sedikit gemuruh di dalam jiwa mulai tenang. Ini cara ku.
 
Karena hanya dengan mengingat Allah jiwa ku menjadi tenang, hanya bersama Allah aku jujur memperlihatkan semua perasaan ku tanpa pembungkus rasa, karena Allah lah pemilik jiwa ku, tempat aku mengembalikan semua gemuruh.
 
Akupun masih belajar... hehehe.
 
Tunggulah suatu hari nanti akan lahir Aku yang berjiwa setenang samudera dan tanpa pembungkus.

Jumat, 19 Juni 2015

Andai ini Ramadhan Yang Terakhir.

 
 
 
 
Sahabat,
 
 
Andai aku tahu ini Ramadhan terakhir untuk ku...
 
Tentu siangnya aku sibuk berzikir, tentu sholat akan aku kerjakan diawal waktu sungguh khusyuk lagi tawadhu.
 
Andai aku tahu ini Ramadhan terakhir untuk ku... 
 
Tentu tidak akan aku sia-sia kan waktu walau sesaat, alunan Alquran bakal aku dendangkan akan aku syairkan.
 
Andai aku tahu ini Ramadhan terakhir untuk ku...
 
Tentu malam akan aku sibukkan dengan bertarawih, bertahajud.
 
Andai aku tahu ini Ramadhan terakhir untuk ku... 
 
Tentu akan aku buru, aku cari suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
 
Andai aku tahu ini Ramadhan terakhir untuk ku...
 
Tentu aku akan menyediakan batin dan zahir mempersiap diri, rohani dan jasmani menanti-nanti jemputan Izrail di kiri dan kanan lorong-lorong penuh ridho Allah.
 
Duhai Ilahi, andai ini Ramadhan yang terakhir untuk ku...
 
Jadikan ia Ramadhan paling berarti, paling berseri menerangi kegelapan hati ku, menyeru ke jalan menuju ridho serta kasih sayang-Mu, yang akan mewarnai kehidupan ku disana nanti.
 
--------------
 
Inilah Ramadhan.... Bulan hening, bulan ibadah, bulan untuk puasa mata dari melihat yang diharamkan, puasa mulut dari berbicara yang menyakitkan apalagi gibah, puasa pikiran dari menghayal yang sia-sia dan puasa hati (gantungkan lah hanya kepada Allah, jangan pernah menggantungkan hati pada makhluk lain dan menuhankan sesuatu selain Allah).
 
 
Target ku puasa tahun ini adalah untuk terlahir kembali menjadi manusia yang terampuni semua dosa-dosa, manusia yang jauh lebih baik, manusia yang kuat dan manusia yang tergolong manusia pilihan Allah, di cintai Allah lebih dari apapun.
 
 
Selamat menunaikan ibadah puasa dan selamat hening... jangan sia-siakan yaa...
 
 
Mungkin ini adalah Ramadhan terakhir kita.
 
 

Selasa, 02 Juni 2015

LAPAR..!!

 
 
 
Sahabat,
 
 
Aku teringat nasehat almarhumah ibu ku... 
 
"Bahwa lapar di saat berpuasa akan mendidik ku untuk turut merasakan nestapanya lapar dan kepedihan si fakir, agar dapat menaruh belas kasih kepada orang yang lemah serta dapat menyanyangi orang yang lapar.
 
Katanya lagi...
 
Rasa lapar dari puasa dapat membangunkan hati yang tertidur dan membangkitkan jiwa yang lalai. Rasa lapar bisa mengguncang kesadaran rohani seseorang.
 
Mata batin orang yang lapar karena puasa akan terbuka lebar, hatinya pun terjaga, pandangan rohaninya menjadi tajam, sehingga mampu mencerna rahasia-rahasia kehidupan.
 
 
Dan katanya lagi...
 
 
Buah dari puasa adalah Cinta Allah, mejadi kekasih Allah..."
 
----------------
 
 
Iya, inilah alasan mengapa aku berpuasa... Aku mencari ridho Allah, mencari cinta Allah, berharap ampunan dari-Nya... bagian dari keheningan ku menuju Illahi.
 
 
SEMOGA.