Powered By Blogger

Sabtu, 27 September 2014

Hamba hanya butiran debu.


daun

Sahabat,


"Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan luka dalam...

Aku tersesat dan tak tau arah jalan pulang, aku tanpa-MU butiran debu"


Kalimat diatas adalah penggalan syair lagu "Butiran Debu". Aku terhanyut oleh syair lagu ini yang nyaris mengalirkan anak sungai di ujung mata ku, cengeng... menusuk hati ku, menebas keikhlasan ku.

Aku berusaha mengembalikan kesadaran ku, agar tidak kelihatan cengeng, tidak kelihatan bahwa aku nangis ketika rindu itu datang menyerang... segitu saja nangis, parah! hehehe...

Kesadaran ku balik mari berpikir, apa iya orang yang aku rindu kan, pernah merindukan aku juga seperti yang selalu aku rasakan :(

"Emangnya salah, kalau merindukan?"

Iya, salah. Ini efeknya karena efek pembodohannya akan luar biasa, sulit tidur sementara orang yang kita rindu ngorok asik, tidak bisa makan sementara orang yang kita rindu pesta makan, tidak bisa move on sementara orang yang kita rindu sudah kemana-mana. nah..nah.. segitu saja efeknya?

Masih ada lagi nih..

Merasa bahwa diri kita tidak bermakna, merasa bukan siapa-siapa, merasa tidak berharga, merasa diremehkan, merasa direndahkan, merasa dicuekan.... ngaku deh? benar kan? hehehehe... 

Padahal kerinduan kita hanya tidak berarti buat satu orang. Sementara di samping kita, di sekeliling kita banyak orang yang merindukan kita tidak menyakiti kita dan kita memberi arti pada mereka.

Terus mau kita biarkan mereka yang merindukan kita.

Satu hal yang harus diingat dear, semua orang boleh tidak merindukan kita dan semua orang boleh meninggalkan kita asal Allah tidak.

"Ya Rabb, tanpa-MU hamba hanya butiran debu"



Kamis, 25 September 2014

Shirotulmustaqim.... iya, Shirotulmustqim..!! sebuah jalan yang Lurus.


Sahabat,

Dari sekian pertanyaan tentang kematian ada yang paling mengusik pikiran ku, yaitu pertanyaan tentang "apakah roh ku mampu melewati jembatan shirotulmustaqim? karena kalau sedikit saja aku terpeleset maka hancurlah aku di lahab api neraka yang bahannya adalah manusia seperti aku. Makin sering terpeleset, makin lama rentang waktu ku bertemu dengan pemilik jiwa ku.

Lalu, apa upaya ku agar aku mampu dan mulus melewati jembatan shirotulmustaqim semulus aku melewati jembatan Ampera. Gini, jembatan shirotulmustaqim itu kan artinya "meniti jalan yang lurus", jalan yang benar agar selamat.

Jadi setiap kali aku terpeleset, tergelincir melakukan dosa maka aku akan kecemplung ke neraka jahanam, terbakar dulu, dan dari awal lagi meniti jalan jembatannya.... cape deh... hehehehe... Lagi enak-enak di jalan yang lurus, terpeleset dosa lagi, nyemplung lagi ke neraka, kapan aku sampai Allah nya dong?:(

Sirotulmustagim... iya, shirotulmustaqim..!! sebuah jalan yang lurus.

Begitulah Allah menamakan jalan satu-satunya yang harus dititi untuk sampai kepada-Nya. Jalan yang lurus, yang tidak berbelok-belok dan tidak bercabang-cabang, adalah jalan yang terdekat dan termudah untuk bertemu dengan Allah. Memandang wajah-Nya Yang Maha Indah tak terhingga.

Tidak ada jalan yang lain untuk bisa mencapai surga dan bertemu dengan Allah selain melalui shirotulmustaqim.

Nah, sekarang tahu kan bahwa inilah satu-satunya jalan menuju Allah. Maka mulai sekarang buat tapak yang lurus, tinggalkan yang akan membuat kita terpeleset, tinggalkan dari menyentuh yang belum jadi hak kita, lupakan luka yang pernah ditorehkan dihati kita, Maafkan, jangan iseng-iseng buka aib orang lain. Kita belum... belum terjamin mampu melewati jembatan ini bukan? 

Janganlah merasa paling benar hehehehe.... buat yang demen membuka aib orang lain.

Yuk, kita latih seberapa amal-amal kita mampu memuluskan kita melewati jembatan terakhir. Semakin sering kita terpeleset oleh dosa, semakin lama kita bertemu dengan Allah.

Semoga tulisan ini bermanfaat, terutama untuk diri sendiri. Tidak ada salahnya nyebar kebaikan daripada nyebar aib orang, agar mulus melewati jembatan !!.


Selasa, 23 September 2014

Aku + Tuhan = Cukup



Sahabat,

Aku tahu sang pemberi ujian adalah sang pemilik nama Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yakin dengan keimanan ku, Dia tidak pernah mendzalimi hamba-Nya, tidak pernah menyakiti yang Dia ciptakan.

Sekarang, timbul masalah dan kerumitan hidup adalah karena aku yang namanya manusia ini yah maunya banyak, maunya menang, maunya tidak disakiti, maunya yang enak-enak sesuai harapan, padahal tidak semua harapan jadi kenyataan.

Yang jadi permasalahan adalah seberapa mampu aku menikmati kekalahan, berapa kuat aku bersahabat dengan luka, kalau timbul perasaan malu, sakit, marah, kecil hati dan kecewa.

Menyakitkan itu kan biasa, expresi dari gagal.... tapi apa iya harus berhari-hari. Sedang tangan sang Pencipta tersenyum melihat aku menangis. Allah ingin aku kuat ketika luka, terutama kekuatan mentertawai diri sendiri, mentertawai betapa cengengnya aku saat terhempas.

Padahal banyak sekali perubahan dalam hidup ku ketika aku mulai mudah tertawa termasuk pada soal-soal yang selama ini aku anggap menyakiti hati.

Maka jika kekalahan ternyata mendatangkan manfaat sebaik ini, betapa keliru jika aku berpikir Allah tidak sayang aku

Minggu, 21 September 2014

Gitu aja.. Cemen...!!!



Sahabat,

Siapa sih di dunia ini yang tidak pernah mengalami kesulitan hidup.


Aku, kamu dan semua manusia di bumi Allah ini pernah sakit, pernah disakiti, pernah luka, pernah kalah, pernah gagal, pernah dicurangi, pernah di tinggal pacar hehehe... pernah susah payah berusaha membahagiakan orang tapi di cuekin hiks, pernah naksir tapi di tolak :(... pernah tidak mempunyai pekerjaan, pernah tidak lulus, pernah kalah bertanding, pernah kalah bersaing hehehe.... apa dunia kiamat karenanya? Kan tidak yah... :)

Pernah seorang teman bilang "hidup gue berat".

Aku berpikir "Berat dibandingkan sama apa sih"

Dan bisa dipastikan teman ku tidak bisa menjawab kalau aku bertanya seperti itu hehehehe.... karena memang tidak tahu jawabannya apa. Mungkin pikirannya lagi ngaco.

Kita yang bernama manusia ini memang paling senang cari perhatian teman-teman lain, cari perhatian sahabat tapi bukan dengan cara yang membuat mereka bangga, tapi dengan cara cemen alias dengan cara mencari belas kasihan mereka dengan berpura-pura menjadi orang yang paling menderita di dunia ini.

Stop cemen dear, percaya deh apa yang kita tangisi hari ini, 5 tahun lagi akan kita sujud syukuri karena tidak memiliki yang itu. Kehilangan kali ini akan menjadi syukur yang luar biasa kemudian hari, karena keputusan Allah tidak pernah salah. Yang perlu kita lakukan hanya perbaiki kedekatan kita dengan Allah.

Kata Allah "Hanya dengan mengingat KU hati menjadi tenang", masih tidak percaya istighfar tiga kali insya Allah sudah tenang koq asal benar-benar dzikir, ngaji juga boleh.

Allah tidak suka sia-sia...

Hidup hanya sebentar dear, jangan bodoh ah..!! Ayo, apapun lukanya, berani sakit, berani merasakan sensasi kekalahan, berani malu, berani mengucapkan kemenangan kepada pihak yang berhak... adalah latihan mental yang baik.
Keberanian semacam itulah yang ternyata menjadi modal untuk menjadi pemenang di kelak kemudian. 


Kita boleh kalah dalam lomba mengejar dunia, tetapi jangan kalah di dalam mengejar akhirat

Hidup ini hanya perlu dijalani seberapa pun beratnya tidak akan membunuh kita. Kita menyerah pasrah pada tangan-Nya yang telah menulis takdir kita. Tangan yang menuliskan perintah sekaligus mengatur segalanya jadi indah. Tangan yang menuliskan musibah dan kesulitan sebagai sisipan bagi nikmat dan kemudahan. Tangan yang menciptakan kita, dan pada-Nya jua kita akan pulang.

Apapun penderitaannya, jangan cemen!!

Sabtu, 20 September 2014

Kematian sebelum mati !



Sahabat,

Kematian adalah hal misterius yang tidak semua orang tahu kapan akan terjadi. Mau tidak mau, terima tidak terima, siap tidak siap, saat itu akan datang pada semua. Ngomongin mati lagi deh nih hehehehe.... 

Bukan mau ngomongin mati tapi mau mengajak merenung soal mati. Takut? Pasti lah ya, jadi mari kita lihat kematian sebelum mati, agar kita tahu mempersiapkan diri. 

Setiap melihat atau mendengar satu persatu sahabat, orang-orang yang aku sayangi berpulang. Aku selalu berpikir jika jasad yang dimandikan itu adalah aku, apa yang sudah aku persiapkan? jika yang dikafankan itu adalah tubuh ku, bekal apa yang akan aku persembahkan ketika menghadap Illahi. Jika yang digotong di keranda hijau itu adalah badan dingin ku, bagaimana aku menjawab setiap hisab atas hidup yang aku jalani selama ini?.

Ah rasanya belum siap....

Air mata ini selalu ingin berontak keluar untuk berbicara betapa takutnya aku. Rasa sesal karena sudah begitu banyak waktu yang hilang untuk mencetak kenangan dengan mereka.

Iya, inilah hidup yang pada akhirnya kematian lah yang akan menjadi ujung napas sementara dosa terus terhitung, ampunan belum tentu didapatkan, maaf belum tentu aku dapatkan dari mereka yang tersakiti oleh sikap dan kata-kata ku.


Aku sibuk menangisi masalah-masalah yang aku tahu bahwa masalah ini tidak akan aku bawa mati, dan tidak sedetikpun aku menangisi dosa-dosa aku yang terus numpuk.


Kematian adalah kejadian yang tidak bisa aku hindari, ia tersenyum dibalik jasad manis ku, mengintai, mengintip, membayangi kemana saja aku pergi. Kapan saja saat Allah memerintahkan seorang hamba pulang, jika saatnya tiba roh akan dipaksa dicabut dari raga, suka tidak suka, siap tidak siap ... Mati!

Serem ya, yuk merenung sebentar... lupakan pekerjaan, lupakan kesenangan sebentar, tidak ada salahnya merenungi mati, kalau perlu memakamkan diri sebelum dimakamkan, makamkan keinginan dunia yang kadang salah. 
Kan untuk mengerti mati tidak harus mati dulu kan?  

Yuk, koreksi hati.

Kamis, 18 September 2014

Ya Allah, titip salam buat Ibu!



Sahabat,


Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali 3 hal; sedekah jariyah, anak yang shalih yang mendoakannya atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya"
(HR Muslim, Abu Dawud, AT Tirmidzi, Nasa'i dan Ahmad)


Iya, doa dari anak yang shalih yang akan sampai ke Ibu.

Allah menekan kan doa anak yang shalih bukan doa anak-anak sang Ibu?
Bagi saya itu artinya tidak semua doa akan diterima apalagi dikabulkan. Jadi untuk dapat menyampaikan doa yang tulus maka saya harus shalih, itu syaratnya!. Mutlak... jika ingin doanya dikabulkan.

Bagaimana Allah akan mendengar dan mengabulkan doa saya jika malamnya saya sibuk dugem bukan ngaji. Bagaimana saya bisa berkata-kata lembut saat memohon doa jika saya terbiasa memaki. Bagaimana Allah akan melihat ketulusan hati saya saat berdoa ketika saya biarkan hati saya hitam oleh kebutuhan dipuji, hati yang sibuk mencari nafkah untuk saya belanjakan di mall bukan disedekahkan? 

Allah Maha Mendengar,

Tapi, siapa yang akan didengar itu adalah masalah lain, doa anak yang mana yang akan didengar oleh Allah... Tidak semua!.

Terbayang ketika pipi Ibu telah menyentuh liang lahat, terbayang dalam kesendirian Ibu disana maka hanya doa saya yang sangat ibu harapkan.

Dan ketika saya berdoa dalam keadaan tidak shalihah maka doa saya hanya akan tertiup angin. Akan sia-sia literan airmata saya. Namun ketika saya berdoa dalam keadaan shalihah, maka kegelapan dan kesendirian Ibu di bawah lipatan tanah akan ditemani dan diterangi cahaya dari suara saya yang membacakan Al Fatihah. 

Insya Allah, Allah akan menempatkan Ibu di tempat yang sangat indah, berteman dengan bunga-bunga, di taman gemericik air bukan di dalam lipatan tanah yang sempit dan angker yang isinya ulat. 

Ya Allah, sungguh doa anak-anak yang shalih sangat ibu harapkan...

Ya Allah sungguh, jika kini hanya doa yang bisa saya titipkan untuk ibu yang kini menetap abadi di surga-Mu, maka itu yang akan selalu saya lakukan.

Jika hanya doa dari anak yang shalihah akan menerangi kediaman ibu disana, maka kuatkan saya untuk terus menjadi seperti yang Engkau dan Ibu inginkan. 

Ya Allah titip salam untuk Ibu.

Suatu hari saya akan berada di bawah lipatan tanah yang gelap dan doa dari anak-anak saya lah yang akan menemani saya. Jika sekarang saya berdoa untuk Ibu maka harapan saya pastilah suatu hari anak-anak saya akan menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah agar doanya sampai kepada saya...

Hanya doa ini yang saya harapkan kelak ketika saya berpulang, begitu juga Ibu sekarang.

Hanya ini yang sanggup saya lakukan, maka akan saya lakukan mulai sekarang, esok mungkin terlambat.

Ya Allah, titip salam untuk Ibu. Sungguh tidak ada yang lebih saya inginkan selain memeluk Ibu, meletakkan kepala saya di pangkuan Ibu, merasakan belaian hangat dari tangan lembutnya dan mengadukan segalanya. 

Rabu, 17 September 2014

Islam for Dummy.


Sahabat,


Rasanya sekarang aku yang harus belajar Islam darimu. Berikan aku buku itu, buku islam for dummy.... agar aku bisa belajar lebih banyak lagi dan lagi.

Ya Allah, jangan biarkan kemilau dunia menghalangi aku untuk mencintai-MU, jangan biarkan pula penderitaan dunia ini menghentikan langkah ku menggapai cinta-Mu, jangan luka dunia ini menjauhkan ku dari Mu Ya Allah


Kemarin aku bertanya kepada seorang sahabatku, apakah shalat sudah dijalankan setidaknya shalat yang wajib? dengan gayanya yang khas, dia malah menjelaskan tentang dia sudah belajar wudhu...

"Wudhu itu bukan hanya membasuh anggota tubuh dengan air, tapi juga membersihkan jiwa kita dengan basuhan air itu. Dan shalat itu yang wajib ada lima, itu harus, wajib tidak bisa ditinggalkan, harus dan sedapat mungkin begitu panggilan Allah berkumandang, kita segera wudhu. Shalat itu tiang agama, menjauhkan kita dari mudharat".

Celotehnya membuat aku terbengong-bengong hehehehe....

Hari ini, yang diawali dengan joke yang indah sahabatku berceloteh lagi soal ujian sebagai cinta Allah kepada hamba-Nya...

"Tahu tidak, bahwa ujian itu tanda cinta Allah kepada kita, kalau Tuhan tidak cinta maka kita akan dicuekin, tidak di kasih ujian tidak naik-naik kelas. Jadi surganya pun di kelas yang paling rendah.

Dan tahu tidak, setiap kali kita menghadapi masa sulit, masa yang membuat kita menanyakan keberadaan Allah, bertanya dimana Allah, mengapa kita menderita, mengapa rezeki kita jauh, mengapa kita diberi penyakit, mengapa dan mengapa. Masa dimana kita merasa Allah meninggalkan kita, masa dimana semua pintu seperti tertutup untuk kita. Masa dimana kita menangis meraung-raung. Itulah masa-masa dimana keimanan kita diuji.

Saat itulah sebenarnya Allah sedang menunjukan rasa sayang-Nya kepada kita. Allah sedang memberi lembaran-lembaran persoalan yang harus kita selesaikan. Iya lembaran ujian, bahwa Allah sedang mengawasi kita dari gangguan mahluk lain agar ujian kita tidak terganggu. Makanya orang disekitar kita memang diusir Allah, yang karena cinta-Nya kita dibiarkan hening, hanya berdua dengan Allah saja. Bayangkan, berdua dengan pemilik segalanya".

Subhanallah, sahabat saya telah melewati dua tahap keislamannya. Pertama, ia telah menjadikan shalat sebagai sandarannya kepada Allah dan kedua ia telah mampu memaknai ujian sebagai bagian dari cinta Allah.

Andai semua umat yang terlahir Islam mampu memaknai arti shalat dan ujian Allah, pasti dunia ini semakin indah. 


Sahabat saya ini seorang perempuan mualaf.

Senin, 15 September 2014

I am !!


air-terjun-kali-pancur

Sahabat,

Saya adalah seorang Ibu dengan satu anak laki-laki dan satu anak perempuan yang sedang mencari makna hidup, yang sedang belajar mencari arti kehadiran demi kehadiran dan kepergian demi kepergian.

Saya adalah seorang Istri yang tidak memiliki apa yang seharusnya saya miliki karena pecinta ilahi konon hanya ingin memiliki dan dimiliki Allah. Ingin menjadi tiada hingga bertahta Allah saja. Hingga tinggal jiwa sederhana tanpa berbalut dunia.

Saya adalah perempuan yang sedang mencoba belajar tentang arti ikhlas, arti sabar, arti mencintai dan dicintai, arti memaafkan, arti tawakal, arti tiada-ada-tiada.

Saya seorang wanita yang tidak ingin miskin hati, karena hati yang miskin adalah salah satu ciri yang sulit mengakui kelebihan orang lain... saya ingin bersuka cita dalam suka dan duka karena saya ingin merengkuh hati yang kaya akan nilai budi perkerti sebagai manusia.

Saya seorang perempuan yang sedang belajar dari titik nol, perempuan yang sedang belajar shalat bukan hanya kewajiban tapi kebutuhan, perempuan yang sedang belajar sedekah, belajar mengosongkan jiwa dengan dzikir.

Saya seorang wanita yang sedang mencari ridho Illahi pemilik nafas saya agar ketika saya pulang, mudahlah sakaratul maut saya. 

Saya hanya manusia.


Tetap dalam lingkaran Takdir-Nya


Sahabat,

Betul hidup memang tidak selalu indah, betul hidup tidak selalu menyediakan semua yang kita inginkan, betul bahwa kadang hidup ini terasa lebih pahit, betul bahwa kadang kita tertipu dengan dunia, betul kadang kita tersakiti dengan kata-kata orang yang harusnya tidak kita masukan hati, betul kadang kita ingin berteriak oleh keputusan orang lain yang tidak sejalan.

Iya semua manusia pasti mengalami kondisi sulit, dalam kadar kesulitan yang berbeda-beda. Ya... beginilah hidup selama masih bernafas selama itu pula masalah akan datang, jangan sombong yang sekarang sedang bahagia. Hidup itu selalu berputar... hari ini sedih besok bahagia.

"Lalu bagaimana agar terhindar dari semua yang menyakitkan itu?"
Menghindar??? mana lah bisa....

Aku dan kita semua hanya manusia biasa berjalan menuju takdir kita dengan cara kita pilih sendiri, meskipun tanpa pernah kita menyadari. Kita semua di dunia ini menjalankan takdir kita masing-masing, lahir dengan perjalanan hidup masing-masing, datang sendiri, pulang sendiri. Allah maha adil, setiap cobaan sesuai takaran kemampuan masing-masing. Allah yakin kita kuat.

Biarlah hidup mengalir menyusuri takdir. Tidak peduli sehebat apa rencana yang kita buat, tidak semua bisa berjalan sesuai kehendak kita. Pada akhirnya Allah lah Sang Pengambil Keputusan final.

Jadi yang bisa kita lakukan adalah menerima semua takdir hidup. Selamanya takdir adalah rahasia-Nya. Hanya usaha dan doa yang konon bisa mengubah takdir. Bilang sama Allah "Ya Allah, kuatkan hamba, ampuni hamba yang lemah, cintai hamba, sayangi hamba, jangan tinggalkan hamba sendiri melewati semua ini" dan terus dzikir...terus dzikir... jangan berhenti sampai tenang dan air mata habis.

Allah hanya minta kita sabar dan shalat "dan jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu" kurang apa lagi coba? ayo hapus airmata, sabar dan sholat ya...

Dan satu lagi, jika terasa buntu jangan cari jalan keluar yang tambah masalah, jangan menyelesaikan masalah dengan masalah. Contohnya ini: nge-druk biar hilang masalah, bunuh diri, nekat pacaran menyerahkan segalanya. Ini bodoh namanya, masalah tidak hilang otak hilang.

Yang benar adalah kembali ke Allah, Dia yang memberi ujian Dia pula yang akan mencarikan jalan keluarnya, tidak ada yang lain!! 

Semoga kita menjadi lebih menghargai dan dapat memaknai hidup kita, karena kita telah dipilih-Nya untuk amanah tersebut. Kita semua hanya manusia yang hadir di dunia ini  sebagai khalifah dan kita semua di dunia ini hanya menjalankan takdir kita masing-masing.

Kamis, 11 September 2014

Kan gengsi minta maaf duluan... !?



Sahabat,

"Tidak bisa donk, biar ada sedikit salah gue, kan gengsi minta maaf duluan!?"

Sering kan kita mendengar kalimat seperti ini. Kalimat yang terdengar logis jika dimasukkan dalam logika, normal untuk otak manusia yang isinya gengsi ini. Berpikir bahwa orang lain lah yang sepantasnya datang kepada diri kita dan minta maaf.

Masya Allah, semoga Allah memberi ku kekuatan untuk memaafkan, memberi kekuatan untuk minta maaf. Aku berfikir apa sih sulitnya minta maaf, meski mungkin bukan kesalahan kita.

Atas nama Allah, bukankah kita harus saling memaafkan. Rela kah kita menukar kasih sayang Allah dengan satu kata bernama "gengsi"? . Padahal Allah sangat pemaaf, sangat pengampun, kita hanya debu.

Ketika kita mampu "melepaskan diri dari perasaan marah dan dendam" maka hidup akan sangat tenang, karena kita telah berada di rel yang benar yaitu memaafkan.

Tidak ada yang salah dari sekedar berkata maaf, tidak ada harga diri yang tercabik-cabik dari membalas kalimat maaf, tidak akan menghilangkan kebahagian dengan berbagi maaf, tidak ada yang hilang.

Kita memang berhak sakit hati setelah dilukai, tapi bukan hak kita untuk menghukum? Kita bukan Tuhan, kita bukan Allah.


Apa jadinya kalau hak Allah kita ambil sok membalas menyakiti, dengan mengirim doa yang tidak baik, dengan mendiamkan, dengan terus-terusan menoreh kan luka agar kita merasa seimbang sakitnya?

Apa tidak sebaiknya saling memaafkan dan jika memungkinkan saling melupakan luka?

Mungkin terlalu berlebihan jika harus bersahabat lagi dalam waktu dekat. Tapi tidak berlebihan kan ketika harus memaafkan dan setidaknya tidak menoreh kan luka baru saat luka lama belum sembuh.

Waktu akan menyembuhkan luka hati, biar waktu yang bicara.... terdengar bijak dan hebat ya..... Waktu memang akan memulihkan semua kebencian, amarah, bahkan dendam. Hanya jika diawali dengan kesediaan untuk membuka diri dan hati, untuk mau memaafkan.

Waktu hanya akan mengorek luka semakin dalam dan membuat semua perasaan semakin tidak karuan. Jadi jangan pernah berpikir bahwa waktu cukup untuk menyembuhkan.

Kesediaan untuk memaafkan, itulah yang pertama-tama harus ada. Bukan mengharap waktu akan bicara, waktu adalah benda mati jika tidak ada kata maaf dan memaafkan.

Secara sadar maupun tidak, manusia itu punya kecenderungan untuk merasa puas jika ia berhasil mempengaruhi orang lain dan keinginannya dituruti.

Sahabat,
Mari kita berdoa untuk diri kita sendiri; "Ya Allah berilah aku kemampuan untuk memaafkan... untuk meminta maaf. Jangan biarkan aku menyesali di akhirat nanti karena tidak mampu mencium bau surga-MU hanya karena tidak mampu memaafkan, Aamiin YRA.

Selasa, 09 September 2014

Selama masih di Bumi Allah ini, Galau pasti ada...




Sahabat,

Masalahnya sekarang seberapa lama kita mau bergalau galau ria... nah itu kita yang tentukan.


Allah maha membolak balikkan hati

Aku, kamu dan kita semua pasti pernah merasakan galau. Dan masih sering datang menghinggapi atau mungkin sekarang sedang merasakannya. Mau menangis saja sudah tidak bisa saking keselnya.

Rasa takut, gelisah, cemas, merasa bersalah, merasa tidak tahu mau ngapain, merasa paling menderita didunia ini, merasa tidak diterima, merasa terbuang, merasa terhina, merasa kecewa.... sumpek pokoknya. iya, ini namanya galau.

Bagaimana tuh caranya agar galau tidak datang lagi... kalau tidak datang lagi sepertinya tidak bisa deh, karena si galau ini kita butuhkan untuk dapat membedakan mana sedih dan mana bahagia. kalau kita tidak merasakan kan tidak tahu bedanya.

Lepaskan galau, gini deh caranya; kalau galau itu datang coba berbaring santai dan tarik napas, terus tanyakan dalam hati "kenapa sih aku bisa se-galau ini, seperti tidak ada cara bahagia". Terus tanya ke diri kita; "mau dilepas tidak nih galau atau mau dibiarkan saja disini, sampai kapan?". Kemudian libatkan Allah, sebut pelan dalam hati; "Subhanallah... Subhanallah" terus sambil tarik napas dan lepaskan sampai ketiduran kalau perlu.

Insya Allah, ketertarikan kalimat "Maha Suci Allah" akan memasukkan pikiran suci bersih dan mengeluarkan si galau tadi. Berani coba!! aku sudah mencobanya. Jangan bilang tidak bisa, yang ada tidak mau.

Kalau masih galau gimana donk?????

Kalau masih galau juga kemungkinan hati kita mati, dan jika hati mati obatnya taubat sebenar-benarnya taubat. Insya Allah, taubat itu yang akan menyembuhkan galau demi galau. Ingat!!! Tidak ada galau yang abadi pasti berakhir... Galau pasti berlalu seperti judul lagu "badai pasti berlalu" hehehehe...

Selamat mencoba, semoga hati akan merasa lega dan menjadi hati yang positif. Bikin hidup lebih hidup.


Minggu, 07 September 2014

Cinta itu hanya dipinjamkan Allah



Sahabat,

Hari begitu indah membaca puisi cinta di bawah ini, hujan menjadi lembayung... lembayung seperti pelangi, iya cinta... cinta lagi dan lagi.

Memang diperlukan kesadaran penuh bahwa cinta manusia dengan manusia tidak ada yang kekal, ada  umurnya, ada masanya, bahwa suatu hari pasti akan berakhir.

Allah punya sejuta cara untuk memisahkan semua yang tidak kekal, karena hanya dia yang kekal.

Cinta itu hanya dipinjamkan Allah... 

Kesimpulannya; "Jika Allah menitipkan Cinta, jangan pernah sedih ketika cinta pergi, karena cinta tidak kekal, jika tahu cinta tidak kekal diantara manusia lalu apa yang harus ditangisi. Cinta kekal hanya jika ditujukan kepada pemilik rasa, Yang Maha Mencintai..."


Persiapkan perpisahan, meski luka :)

------------------------

"Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada. Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
B.J. Habibie untuk Ainun"  


Fitnah.


Sahabat,

Berhati-hatilah kalau menyampaikan, menerima dan mendengar berita yang belum tahu isi kebenarannya. Jangan sampai kita menjadi pihak yang turut terlibat menyebarkan berita (fitnah) yang sebenarnya kita tidak memiliki kepentingan terkait.

Berhati-hatilah berbicara, penyebaran fitnah mudah terjadi dalam era teknologi komunikasi sekarang ini tanpa perlu bertatap muka, lebih mudah, cepat, luas dan murah.

Praktek menyebarkan fitnah sudah menjadi kebiasaan. Banyak yang turut berpartisipasi dan seperti mendapat kepuasan serta dapat menonjolkan diri sebagai lebih baik, lebih layak dibandingkan dengan orang atau kelompok yang difitnah.

Bayangkan fitnah-fitnah yang kita sebarkan telah beredar entah kemana, kata-kata kita dibawa waktu kemana saja, ke berbagai tempat yang tidak mungkin bisa kita duga-duga, ke berbagai wilayah yang tidak mungkin bisa kita hitung. Kata-kata kita yang terlanjur tersebar dan terus disebarkan diluar kendali kita tidak bisa dihapus.

Angin waktu telah mengabdikannya.

Fitnah-fitnah itu telah menjadi dosa yang terus berkembang, tidak ada ujungnya. Agama menyebutnya sebagai dosa jariyah (dosa yang terus berjalan diluar kendali kita). fitnah-fitnah itu terus mengalir hingga kita tidak bisa membayangkan ujung dari semuanya.

Bahkan meskipun kita telah meninggal dunia. Fitnah-fitnah itu terus hidup karena angin waktu telah membuatnya abadi. Maka kita tidak bisa menghitung lagi berapa banyak fitnah-fitnah itu telah memberatkan timbangan keburukan kita kelak.

Meskipun kita benar-benar menyesali perbuatan kita dan berusaha memperbaikinya. fitnah-fitnah itu telah beredar yang telah terlanjur tersebar dan terus tersebar diluar kendali kita. Kita tidak bisa menghentikan semua itu. 

Tapi kita harus percaya bahwa Allah dengan kasih sayang-Nya, adalah zat yang maha terus menerus menerima taubat manusia.

Katakan pada matahari “I win !!!”


Sahabat,

Menang artinya harus ada yang aku kalahkan... makanya aku memilih mengalahkan matahari... tidak ada lawan soalnya hehehe... bagaimana caranya?

Caranya... dengan bangun pagi sebelum matahari terbit, bahkan jauh sebelum matahari keluar dari persembunyiannya di ufuk timur.

Berat memang... pertama-tama aku memutuskan untuk bangun pagi saja dulu, perkara nanti mau apa yahh...terserah, minimal shalat subuh pada waktunya plus zikir sebelum subuh. Maka kebaikan yang aku dapat lebih dari dunia dan seisinya. Aku mengharuskan diri untuk mengawali hari dengan perasaan menang... perasaan bahwa aku bisa mengalahkan hari ini.

Ada satu masa dalam kehidupan ku dimana semuanya diam atau berjalan ditempat. Hanya sedikit kegiatan, tidak punya pekerjaan. sehari-hari hanya aku isi dengan bermalas-malasan, jalan-jalan ke mall, kumpul-kumpul sama teman-teman di cafe, hari-hari tanpa motivasi.

Subhanallah... Hidup memang untuk bergerak, bergiat, berbuat, bermanfaat dan selamat pagi dunia.

Kemudian aku berfikir mau dibawa kemana diriku ini jika berlarut-larut hidup seperti ini, seperti layang-layang yang putus terbawa angin hingga ter-sarang di pohon tinggi kemudian terkena hujan dan hancur hilang mati!!

Tidak lah, aku harus bangkit tapi ngapain bangun pagi kalau tidak ngapa-ngapain, setan dengan lembut membisikkan aku dengan kenikmatan baru, tapi kali ini tidak mempan set, maaf!

Saat itulah aku melakukan suatu hal yang mungkin bagi sebagian orang sangat sederhana... aku memutuskan untuk setiap hari.... setiap hari tanpa terkecuali... berlomba dengan matahari.

Kalau aku terjaga sebelum matahari terbit, itulah hari aku menang diatas matahari itu. Dan itulah yang aku lakukan di hari-hari berikutnya.... berlomba dan berusaha menang melawan matahari.

Setiap hari aku bisa terjaga sebelum mentari mulai membuka matanya... dengan tersenyum aku katakan pada matahari : "aku akan mengalahkan mu matahari".

Waktu bergulir, bahkan kemudian aku bisa bangun jauh sebelum matahari menggeliat, aku bisa tahajud dulu dan mengatakan pada matahari ; "I WIN!!!.

Semakin pagi aku bangun, semakin besar semangat dalam diri karena adanya kesenangan bisa mentertawakan matahari yang belum terbangun pada saat aku terjaga.

Berlomba dengan matahari adalah medan pelatihan yang aku ciptakan dan paksa kan untuk diri sendiri, karena pada dasarnya siapapun tidak akan pernah bisa membuat kita berubah, apabila kita sendiri tidak mau untuk berubah... bukan begitu?

Pada saat aku melawan rasa kantuk untuk bangun di malam menjelang pagi dan memilih untuk berdiri dan memuja-Nya, pada kenyataannya disitu lah pelajaran besar untuk selalu memilih, memprioritaskan mana yang penting dalam hidup ini.

Hal yang sederhana seperti memilih antara kantuk dan bangun mengajarkan banyak hal yang sangat penting dan mendasar... Kejarlah akhirat maka dunia akan mengikuti, bukan hal yang sulit ketika kemudian Allah memilih berbagai kegiatan untuk membunuh rasa malas ku.

Selamat bangun pagi Sahabat dan kalahkan matahari.




Rabu, 03 September 2014

Jika fungsi azan sudah berpindah dari panggilan shalat menjadi alarm.


Sahabat,
Hidup di kota kecil seperti Dabo Singkep tempat aku di besarkan dan tempat kamu dilahirkan memang sangat beda dengan hidup di kota besar. Dimana semua orang berlari untuk mencari dunia, bahkan disini di kota besar fungsi azan sudah bukan lagi panggilan untuk shalat tapi hanya alarm, iya hanya "alarm".

Azan Dzuhur telah menjadi alarm panggilan untuk makan siang, meninggalkan meja dan cari warung.
Azan Asyar dijadikan panggilan untuk istirahat sejenak minum kopi atau teh dan bahkan patungan untuk beli gorengan dan makan bersama lupa shalat.
Azan Magrib waktunya meninggalkan dan beres meja kantor kemudian pulang atau kumpul di cafe atau mereka yang di rumah seperti aku, Magrib adalah waktunya untuk sejenak meninggalkan layar televisi untuk mandi dan habis mandi nonton televisi lagi.
Azan Isya waktunya makan malam, kemudian tidur.
Azan Subuh waktunya bangun, mandi dan berangkat kantor....
Ahhhhhh... azan bukan lagi panggilan untuk sholat.

Iya, jika keadaan diatas sudah terjadi, maka dimana Allah kita letak kan?

Dunia menjerat kita dengan kesibukannya, harusnya kita sadar bahwa panggilan azan itu adalah panggilan untuk menghadap-Nya. Apakah kita yang hidup di kota besar ini sudah tidak lagi membutuhkan Allah, tidak ingin lagi mencari ketenangan dengan berlama-lama diatas sajadah.


Mengadukan semua masalah dunia dan akhirat kita kepada yang memiliki napas kita, tidak inginkah kita bersyukur atas napas yang Allah berikan dari dzuhur ke Ashar, dari Ashar ke Magrib, dari Magrib ke Isya dan tidak inginkah kita bersyukur dengan bersujud sejenak setelah Allah membangunkan kita dalam keadaan sehat di waktu Subuh... Ya Allah sungguh getaran itu telah hilang dari hati.

Lupakah kita ketika musibah itu datang bertubi-tubi, dan Allah telah menjadi penolong kita melalui shalat-shalat kita, melalui sabar kita. Tidak ingin kah kita kembali bersujud panjang menitik airmata seperti dulu.

Namun kali ini karena rasa syukur atas segala nikmat yang Allah berikan, bukankah kita yang membutuhkan shalat kita, iya shalat ini untuk kita bukan untuk orang lain. "Allah tidak membutuhkan kita, tapi kita yang membutuhkan Allah".

Apa harus menunggu Allah murka dulu, menjewer kita dengan satu musibah lalu baru kita mau shalat tepat waktu?... Ya Allah, hamba macam apa kita ini, bersyukur saja kita tidak mampu bahkan bisa-bisanya menempatkan pemilik napas kita di urutan ke-100 untuk kita temui.

Shalat... kenapa kita harus shalat???

Pertanyaan bodoh yang tidak perlu diungkapkan, karena jawabannya jelas, shalat membuat kita tenang, shalat adalah ungkapan rasa syukur kita, shalat adalah ungkapan kerinduan setelah waktu-waktu yang melelahkan begitu menyita membunuh waktu. 

Kesia-siaan yang kita biarkan berkelanjutan, jika fungsi azan sudah berpindah dari panggilan shalat menjadi alarm, lalu dimana kita letakkan Allah.

Inikah bukti cinta kita kepada Allah yang kita gembar-gemborkan bahwa kita mencintai-Nya melebihi apapun. Padahal ketika Allah memanggil, kita malas-malasan datang, jadi jangan marah ya kalau suatu hari kita butuh Allah, dan Allah juga nanti nanti saja menolongnya begitu kita sudah pingsan!!

Padahal kita membutuhkan Allah dihentakan pertama ketika luka itu datang, dan untuk membuat Allah selalu menolong kita maka kita harus membuktikan bahwa kita mencintai Allah, ketika Allah mencintai kita, apa sih yang tidak dikasih?

Ketika getaran azan tidak lagi mengetarkan hati kita, ini pertanda bahwa hati kita mendekati azal, nyaris mati atau jangan-jangan sudah mati suri dan jika ini yang terjadi maka waktunya untuk menghidupkan kembali hati kita.... cara bagaimana???

Caranya adalah dengan dzikir, ingat selalu kepada Allah, hidupkan kesadaran bahwa hidup adalah perpindahan dari satu waktu shalat ke waktu shalat yang lain. Bahwa shalat bukan sekedar kewajiban tapi juga kebutuhan, bahwa shalat adalah amalan yang pertama di hisap, bahwa shalat adalah tiang agama, bahwa shalat adalah syukur, doa... bahwa kita butuh shalat.

Apa sih yang kita punya di dunia ini selain Allah. Kekuatan apa sih yang kita miliki kecuali Allah. Dan jika mencintai Allah saja kita sudah tidak mampu lalu mau apalagi? jika bersyukur saja kita tidak mau melakukan lalu akan kita kembalikan kemana jiwa yang kering ini?

Sekian banyak hati yang luka karena lupa shalat, sekian banyak hati yang penuh amarah karena jarang wudhu, sekian banyak pencarian hanya palsu dan semu karena bukan Allah yang kita cari. Kini waktunya menjadikan shalat sebagai kebutuhan, bukan hanya kewajiban.

Tanda bahwa shalat kita diterima oleh Allah adalah bahwa kita selalu merindukan panggilan adzan dan panggilan itu mampu menggetarkan hati kita untuk menemui Allah, melepas kerinduan yang dalam, melepas lelah setelah berlari mengejar dunia... Indahnya merindukan Allah.

Sahabat,
mari ukur seberapa rindunya kita kepada Allah di saat adzan menggema.

Sahabat Saya....




Sahabat,

Saya ingin bercerita tentang dirimu, yaa... tentang dirimu sahabat saya.

Kamu seorang lelaki sederhana, tidak seganteng Ari Wibowo tapi tidak masuk katagori tidak ganteng :). Dua tahun bahkan nyaris tiga tahun saya ketemu lagi denganmu, tapi baru dua kali kita ketemu ya...

Tapi kamu selalu hadir dihati saya, setiap saat, kamu ada saat saya butuhkan, bahkan hanya kamu yang ada saat semua sahabat saya meninggalkan saya. Kamu mengulurkan tangan saat saya lagi bersedih, kamu bahkan tidak marah saat saya cerita tentang apa saja. 

Denganmu hidup saya seperti pelangi... merah kuning hijau di langit yang biru hehehe....

Seiring dengan waktu, saya mulai takut kehilangan kamu, terbayang sepi nya hari-hari saya tanpa BB darimu dan memastikan saya sehat, terbayang kelamnya senja tanpa mendengar suara mu  mengisi telinga saya.

Saya tahu tombol-tombol dihati saya yang sudah redup karena kehilangan kamu sekian puluh tahun lamanya mulai memberi sinyal, tarik ulur perasaan saya pun terjadi, saya belajar memahami perasaan saya, mengontrol semampu saya.

Kemudian apa yang harus saya lakukan dengan rasa ini???

Saya kasih tahu ya, apa yang selalu saya lakukan: "saya doakan kamu dalam diam agar kamu selalu sehat dan mendapatkan ridho Allah. Jika kamu baik untukku dalam bersahabat, sejuta halangan akan Allah mudah kan. Jika kamu bukan yang dipilih kan Allah untukku maka sejuta cara akan Allah hadirkan untuk membuat semuanya terpisah" :')

Baiklah, bukan waktunya untuk mengisi hati dengan pangeran impian ku yang belum tentu menjadi milik ku kan ya sahabat???

Perbaiki diri menjadi lebih baik dan baik lagi agar Allah berkenan menghadirkan kamu menjemput ku dengan senyum terindah, dengan label "Sahabat Sejati".... yuk ah jangan jadi budak cinta.

"Sanggupkah saya meninggalkan sahabat sebaik kamu"... ahhhh... yang bilang baik kan aku, kata Allah kan belum tentu....
"Saya tahu waktunya untuk memilih meskipun itu artinya akan sendiri lagi"... duh, kan ada Allah, lupa terus nih sama Allah pertanda tipisnya iman.

Rindu, "sahabat". Mendoakan adalah cara mencintai yang paling indah.