Powered By Blogger

Rabu, 18 Juni 2014

Why?

 
Sahabat...

Kamu banyak berubah dan aku ingin ingatkan kesombongan adalah penghancur utama kesuksesan dan kebahagian.

Why?

Jika sudah merasa paling hebat, merasa paling baik, merasa paling pinter dan paling-paling yang lainnnya maka ibarat buah sudah matang maka yang tinggal busuknya saja.

Jadi ingat, saat kita merasa paling benar, paling excellent dan yang lain-lainnya serta kesombongan sudah hinggap dalam diri maka jangan pernah menyesal atau menangis jika terjatuh atau hancur karenanya...

Buah yang sudah masak akan tinggal busuknya dan orang yang merasa sudah pintar akan tinggal hancurnya saja jadi jangan pernah merasa sombong dan angkuh.

Matang buah kesombongan Tidak.
Tapi matang dalam sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan dan penguasaan diri Yes.

Mari kita belajar apa yang ada pada kita hanyalah titipan Tuhan semata dan bukan untuk dipamerkan tapi justru untuk dimanfaatkan demi kepentingan orang sekitar.


Saatnya kita menata diri menuju perbaikan diri terus menerus. Tanamkan sifat penyayang, pemaaf, santun, rendah hati dan selalu tersenyum dalam setiap keadaan... Tetap semangat!!


Sabtu, 14 Juni 2014

Bukanlah akhir Kehidupan.



Sahabat...

anak-anak kita gagal masuk Penguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) bukanlah akhir kehidupan. Ada banyak jalan untuk meraih impian.

Perguruan Tinggi Swasta yang memiliki jurusan yang kita impikan dengan biaya kuliah yang sesuai dengan kemampuan adalah jawabannya.


Kuliah kejuruan yang langsung bisa bekerja adalah pilihan berikutnya, seperti menjadi Perawat, Bidan, dst.


Kursus menjahit, membuat kue, perbengkelan dan seterusnya adalah alternatif yang menarik. Setelah selesai kursus bisa langsung memulai untuk buka usaha. Dan banyak sekali yang sukses.


Jika anak-anak kita hanya lulusan SMA, berhenti putus asa. Karena ini bukan akhir dari hidup mereka!


Asah ketrampilan anak-anak. Mulai dengan membuka usaha. Bisa online atau off line dengan menjajakan dari satu pintu kepintu lain. Dari satu warung ke warung lain. Tanpa disadari, kesuksesan yang diiimpikan ada di tangan mereka.


Selamat melangkah dan meraih impian. Di setiap niat yang baik, Allah pasti memberi jalan!


Sahabat...


Saya rindu melihat generasi muda berdiri tegak di atas kaki mereka sendiri. Saling bergandeng-tangan dan bertekad membangun negeri ini dengan penuh cinta. Kemudian membangun bangsa ini menjadi bangsa yang makmur. Tanpa Korupsi!


Kemauan membuat kita gigih meraih impian, serta berani menghadapi tantangan secara cerdik sekaligus mengoptimalkan potensi diri yang kita miliki.


Selasa, 10 Juni 2014

MEMBANGGAKAN ORANG TUA





Sahabat...

Sejak kecil, kita bertekad untuk menjadi anak yang Membanggakan Orang Tua.
Bahkan ketika dewasa, kita berjuang keras untuk mewujudkannya.
Sayangnya, begitu usia semakin bertambah, kita mulai lupa.

Bahwa untuk Membanggakan Orang Tua itu tidak dilihat dari tingginya jabatan, materi atau pun pendidikan yang kita miliki. Melainkan seberapa tinggi kesabaran kita untuk mendengarkan ceritanya, keluh kesahnya dan keinginan-keinginan sederhananya.

Dan.. seberapa peduli kita berbagi cerita dengan mereka, mengajak mereka bercanda tawa bahkan bernostalgia dengan kisah masa lalu mereka.

Bukankah setiap Kesabaran dan Kepedulian ini yang membuat mereka Bangga dan tersenyum Bahagia?

Senin, 09 Juni 2014

KESOMBONGAN


Sahabat...

Kesombongan itu selalu menjatuhkan diri sindiri. Orang yang sombong merasa dirinya memiliki kekuatan yang luar biasa daripada orang lain.

Seorang atasan yang sombong selalu bersikap semena-mena seolah tidak peduli apakah sikapnya itu menyakiti ataupun merugikan orang lain. Yang terpenting baginya adalah dirinya diuntungkan.

Ia tidak pernah menyadari bahwa setiap kekuasan itu bisa runtuh setiap saat karena sikap dan perilakunya.. Ia tidak menyadari bahwa orang-orang di sekitarnya pun menderita karena sikapnya, menjadi tidak acuh kepadanya. 

Inilah awal dari keruntuhan kekuasan, karena sikap kesombongannnya.

Mengapa Kepedulian itu penting?



Sahabat....

Mengapa Kepedulian itu penting?
Karena Kepedulian adalah awal sebuah Kejujuran dan Tanggung Jawab.

Semakin dini kita peduli, semakin pesat pertumbuhan Kecerdasan Emosi kita.

Kita yang tumbuh dengan Kecerdasan Emosi yang tinggi, kita jauh dari budidaya mengambil hak orang lain alias KORUPSI. Kita akan malu melakukannnya. Karena pekerjaan seperti itu tidak akan pernah bisa membuat HIDUP BAHAGIA apalagi BANGGA.

Sebaliknya, budaya Peduli sejak dini membangun Sikap dan Mental kita untuk selalu Peduli dengan orang lain. Peduli untuk mengangkat harkat dan derajat orang lain, tentunya dengan cara yang Terhormat dan bukan mengambil Hak orang lain.

Pertanyaanya seberapa Peduli kita dengan Sikap dan Mental kita? 

Seberapa besar keinginan kita untuk mendorong diri kita menjadi Pribadi Luar Biasa dan Berhati Mulia?

Bukankah ini tanggung jawab kita sebagai pribadi kita sendiri.

Saatnya kita jujur dalam hati!

Minggu, 08 Juni 2014

MEMPERLAKUKAN ORANG LAIN


Sahabat...

 

Orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih adalah sebuah kebahagiaan.

 

Memperlakukan pembantu di rumah sebagaimana kita dan anak-anak kita ingin diperlakukan adalah hal yang sudah seharusnya kita lakukan.

 

Meminta pembantu untuk makan setelah kita makan terlebih dahulu adalah sikap yang sangat merendahkan diri kita sendiri.

 

Tanpa disadari, kita telah memberi contoh buruk kepada anak-anak kita tercinta..

 

Bukankah untuk menanamkan Kepedulian itu kitalah (sebagai orangtua) yang pertama kali harus memberi contoh nyata kepada anak-anak kita tercinta?

 

Dan bukankah Kepedulian itu adalah Kebahagiaan yang HAKIKI? 



Untuk menjadi Pribadi yang di PERCAYA

Sahabat...

Kita sering lupa, untuk menjadi pribadi yang DIPERCAYA itu... tidak dilihat dari tingginya pendidikan, jabatan apalagi keelokan wajah diri kita.

Melainkan dilihat dari seberapa TANGGUH diri kita dalam MENEPATI sebuah JANJI.

LOYALITAS diri kita sangat tercermin dari TINGGINYA TANGGUNGJAWAB yang kita miliki selama ini.

Pertanyaannya... seberapa TANGGUH diri kita dalam MENEPATI sebuah JANJI?

Saatnya jujur di dalam hati.... 

Rabu, 04 Juni 2014

Bepikir Ulang.


Sahabat,

Seharusnya, semakin tua umur kita, kita tidak semakin ingin mandiri dengan orangtua. Seharusnya, semakin tua umur kita, semakin kita dekat dengan orang tua.

Kita tidak mungkin selamanya bisa ketemu dengan orangtua kita. Kemungkinan yang paling besar adalah orangtua bakalan lebih dulu pergi dari kita.

Mereka bakalan meninggalkan kita, sendirian, dan kalau itu sudah terjadi sangat tidak mungkin buat kita untuk mendengar suara mereka kembali. (contohnya ibuku telah pergi duluan).

Setelah ibu ku pergi, aku selalu berpikir "seandainya' aku bisa dengar suara ibu sekarang. Pada saat ini aku ingin setiap waktu yang dihabiskan, bisa aku habiskan dengan mendengar ibu berkali-kali nelepon dan tanya, "Kamu lagi apa?". 

Sesungguhnya perhatian orangtua kita adalah gangguan terindah yang pernah bisa kita terima.

Senin, 02 Juni 2014

Didiklah anak-anak kita Dalam Ajaran & Nasehat.


Sahabat...

Perilaku anak-anak belakangan ini sudah semakin mengerikan. Salah satu yang menyebabkan anak-anak menjadi liar adalah karena kurangnya teladan dan didikan dari orang tua dan masyarakat.

Sebab lain adalah hilangnya "Pendidikan Budi Perkerti" dari kurikulum sekolah. Pendidikan memang sangat penting dalam pembentukan karakter anak dan menurut penelitian, diperlukan 16 tahun untuk membentuk karakter anak, sedangkan hanya dibutuhkan waktu 6 bulan untuk mengajar anak membaca dan menulis.

Sahabat...

Orangtua punya kewajiban untuk sejak dini menanamkan disiplin kepada anak-anak kita, membuat anak-anak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mengajar mereka mengenal batas, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. 

Hal ini kadang-kadang dapat dilakukan dengan lembut, tapi tidak jarang harus dilakukan dengan keras. Tapi melakukan tindakan keras berbeda dengan melakukan kekerasan, yang satu bisa disebut "tegas", sedangkan yang satu lagi, lebih tepat disebut "buas", yang satu dilakukan dengan "sakit", yang lain dilakukan untuk "menyakiti".

Bilamana perlu, boleh bertindak keras, tapi tetap dalam koridor cinta kasih. Salah satu kesalahan yang paling sering dilakukan oleh para orang tua adalah, mereka bertindak keras sekedar untuk menunjukan siapa yang berkuasa.

Padahal anak-anak kita sudah tahu siapa yang berkuasa, kadang-kadang yang hendak mereka uji adalah, apakah "bos" tersebut benar-benar pantas menerima respek atau tidak?