Powered By Blogger

Senin, 19 Januari 2015

Sahadat.

 
Sahabat,

Suatu hari di bulan Desember tahun 2014... aku menghadiri acara peng-Islaman seorang sahabat kecil ku, ditandai dengan mengucapkan Sahadat Tauhid dan Sahadat Rasul. Maka sang sahabat secara hukum islam, sudah berstatus muslim. katanya begitu.:)

Kemudian jiwaku mencoba memahami, apa iya sahabatku itu sudah muslim? Apakah semudah itu menjadi muslim?

Apakah semua yang bisa mengucapkan kalimat sahadat bisa dibilang muslim?! Maksudku begini :"kalau ada robot bisa mengucapkan kalimat "sahadat" apakah robot ini bisa dibilang muslim?!.

"Robot tadi bukan muslim lah" karena robot tidak mengucapkan kalimat sahadat berdasarkan kesadaran diri, tapi digerakan oleh remote control yang tombolnya di pencet manusia... jawab hati nurani ku... (hehehe tanya sendiri dijawab sendiri).

Jadi sesuatu yang diucapkan tanpa kesadaran dan tentu tidak berlaku konsekuensi-konsekuensi nya kan? Lalu ketika aku mengucapkan sahadat tanpa kesadaran dan tanpa tahu konsekuensinya itu artinya aku sama dengan robot tadikan?! 

Ah... hati nurani memang tidak pernah berdusta.

Tapi... aku tidak ingin membahas sahabatku yang baru saja di Islamkan, aku akan membahas seberapa islamnya aku saja.

Aku mencoba mengerti diriku, mulai berpikir, berapa kali dalam sehari aku mengucap sahadat, dan sudah tahukah aku konsekuensi dari sahadat yang aku ucapkan.

Ketika aku berkata "Tiada Tuhan selain Allah", semestinya aku hanya men-Tuhankan Allahkan? Tapi ketika aku mengalami ujian (ujian kesenangan dan ujian kesusahan) dari Allah, aku masih protes... padahal aku tahu ujian itu dari Allah, apa ini yang aku sebut men-Tuhan Allah?!. atau jangan-jangan hanya di bibir ku saja.

Iya, mungkin ribuan kali aku bersahadat sepanjang nafas ku, mestinya aku cukup mengerti bahwa "Tiada tuhan selain Allah" itu adalah tujuan hidupku dan langkah-langkah ku.

Ketika aku bekerja untuk tujuan cari uang sebanyak-banyaknya buat bersenang-senang di akhir bulan dan mengharapkan banget cinta/perhatian dari orang lain, yang aku pikir bisa membahagiakan ku.... Apa aku tidak malu dengan kalimat sahadat yang aku ucapkan ribuan kali.

Duh... malunya !!

Sekarang waktunya mengembalikan arti sahadat yang aku ucapkan puluhan kali setiap hari, agar tidak hanya menjadi lips service tapi harus betul-betul membuat aku mengerti bahwa Allah itu tujuanku bukan harta, bukan jabatan, dan bukan cinta manusia... karena kalau itu tujuanku, siap-siap saja semua diambil oleh Allah.

Dan mulai sekarang jadilah muslim bukan robot.

Muslim adalah manusia yang menjadikan Allah tujuan hidupnya dan menjadikan Rasul sebagai teladannya. Ketika Allah menjadi satu-satunya tujuanku, pasti urusan-urusan dunia akan diselesaikan oleh Yang Maha Kaya.


#Mari perbarui imam dengan mengucapkan sahadat "Tiada Tuhan selain Allah" sekali lagi dan maknai jangan cuma dibibir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar