Powered By Blogger

Sabtu, 09 Mei 2015

Melepas Satu Kebodohan

 
 
 
Sahabat...

Tulisanku kali ini hanya buah perenungan aku saja. Lebih tepatnya mencoba mengerti pesan Allah dari kejadian dalam hidupku selama 6 bulan belakangan  ini, setelah pergulatan panjang melawan berbagai hantaman, melawan berbagai kecaman, berbagai ketidak nyamanan jiwa dan raga.
 
"Satu-satunya cara untuk mengobati luka sakit hati adalah dengan meninggalkan luka sakit hati itu sendiri. Dan kembalikan semua kepada pengobat luka".... inilah hasil perenungan ku.
 
Ya Allah, hamba kembalikan semua luka sakit hati ini yang pernah singgah dihati hamba kepada-Mu. Dan gantilah hati ini dengan hati yang baru, hati yang dapat melupakan semua luka.
 
Achhh... sungguh hidup adalah perpindahan dari satu masalah ke masalah yang lain, dari satu hikmah ke hikmah yang lainnya.
 
Bodohnya aku... Telah menyia-nyiakan waktu dengan sibuk memikirkan cara untuk dapat menjadi sahabatnya lagi. Terlalu sering mengedor-ngedor sang penutup pintu agar mau membuka pintu persahabatan lagi.
 
Kebodohan yang lain adalah... aku melupakan (kadang aku tidak sadar) dibelakang ku ada jendela-jendela yang terbuka lebar yang peduli padaku dan memberi aku persahabatan yang tulus dari pada orang yang aku harapkan.
 
Aku akan buktikan...

Luka sakit hati yang telah kau torehkan tidak akan sanggup membunuh ku. Semoga kau puas sudah melakukan semua ini kepada ku.
 
Allah hanya mengambil satu orang yang tidak lagi aku butuhkan sebagai sahabat. Bukankah Allah hanya memberikan yang aku butuhkan bukan yang aku inginkan.
 
Lega rasanya telah melepas satu kebodohan dipundak ku.
 
 
Hari ini aku telah berkata jujur bahwa aku tidak lagi butuh persahabatan dengan mu. Kejujuran  memang mahal harganya, oleh sebab itu aku mau bersikap jujur  untuk menjadi berharga.
 
Kejujuran itu, biarlah Allah yang menilai sepenuhnya, sebab memang terlalu rumit untuk kacamata manusia.
 
Terbukti, aku telah salah menilai seseorang....
 
"Aku kira dia akan menjadi sahabat sejati ku ternyata tidak. Aku kira  dia begini ternyata begitu. Aku kira dia  mau terima aku sebagai sahabat apa adanya ternyata tidak. Aku kira...." dan begitu banyak aku kira kira ternyata ternyata.

Kalaupun banyak orang membenci ku karena keterus terangan (kejujuran) ku... yang demikian jauh lebih baik bagi ku daripada mereka menyukaiku karena kemunafikkan ku.

Memang semua akan berbicara atas nama sakit hati (teraniaya/dizhalimi) lalu manakah yang dzalim/sakit hati?
 
Jujur yok... beri diri kita harga yang mahal karena kita mampu jujur !! nikmat dipercayai orang loh, tenang hidup tanpa rasa takut dan gelisah ketahuan dusta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar