Powered By Blogger

Kamis, 23 Oktober 2014

Ketika kesombongan telah menjadi pakaian kita...

angin

Sahabat,

Kemarin aku mendapat dua pelajaran dari kehidupan tentang kesombongan.

Pertama di pagi hari.... Aku menemui seorang bapak tua berpakaian orange memegang sapu dan duduk didepan halaman masjid. Mungkin maksudnya adalah melepas lelah, karena hari belum menunjukan pukul 7, maka akupun duduk di teras mesjid bersebelahan dengannya, mengeluarkan uang dari tas dan menyerahkan kepadanya.

"Alhamdulillah, terimakasih ya nak atas sedekahnya semoga berkah, dan akan saya masukkan saja ke kotak amal ya nak". Aamiin ya Allah, aku menjawab sambil berdiri dan melangkah masuk ke mesjid tanpa memperhatikan kata-kata nya tentang kotak amal.

Karena belum ada rencana kemana-mana, maka aku berinisiative untuk ikut mendengarkan tauziah pagi ini, dengan harapan ada yang bisa aku ambil ilmunya. 

Dan datang memasuki masjid seorang lelaki yang sudah setengah tua, berpakaian putih bersih, bersarung kotak-kotak, berpeci haji dan menggenggam tasbih, wajahnya bercahaya....

Subhanallah... Ia adalah bapak petugas kebersihan berbaju orange yang aku temui di depan mesjid tadi yang memasukkan uangku dikotak amal. Ternyata dia adalah seorang guru mengaji, seorang terpandang di masyarakatnya, seorang dengan ilmu yang tinggi dan seseorang yang terus belajar dan yang pasti ia seorang yang rendah hati, yang jauh dari kesombongan.

Ahhhhh.... sungguh aku malu dibuatnya.

Kedua di malam hari.... Aku bermaksud membeli sepotong baju yang akhirnya aku dapatkan bukan hanya sepotong tapi dua potong baju baru. hehehe... Alhamdulillah.

Tidak padat antrian di kasir... di depanku ada seorang ibu dengan tiga kantong belanjaan yang bisa dipastikan nilainya diatas satu juta (maaf, tidak bermaksud membuka aib si ibu ini).

Kemudian si ibu memberikan kartu kredit kepada kasir. Gesek sana... Gesek sini... kartu decline... artinya semua barang itu tidak bisa dibayar dengan kartu. "maaf bu, kartunya di tolak, dan pembayaran tidak bisa dilakukan" kata sang kasir sopan.

Tiba-tiba si ibu berteriak, berkacak pinggang dengan satu tangan dan satu tangan lagi mendorong pundak sang kasir hingga bergeser selangkah kebelakang. Dan tahu apa yang diteriakannya.....

Masya Allah.... katanya "kamu jangan mempermalukan saya di muka umum ya, kamu tahu tidak, kamu itu bisa saya beli".

Astagfirullah... kenapa sih ibu ini harus berteriak, mengapa harus menghina, mengapa harus merendahkan sang kasir, mengapa harus ada kata-kata membeli manusia.... Sungguh tidak memiliki hati nurani manusia didepan aku ini. Kesombongan telah menenggelamkan akalnya.

Jadi, dalam satu hari aku belajar arti kesombongan...

Mulai sekarang lepaskan pakaian kesombongan, karena kedudukan manusia di mata Allah bukanlah dilihat apa yang dimiliki tapi dilihat dari ketakwaan seberapa mampu kita menjalankan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. 

Dan berhentilah merasa diri paling benar, paling cerdas, paling kaya, paling... paling... dan paling.... Kalau Tuhan marah... nanti diambil loh semuanya... kalau sudah begini, masih berani apa sombong.


"Apa bila kesombongan sudah menyelimuti hati kita, pandangan kita terhadap orang lain akan cenderung menghinakan dan merendahkan"

Dan ketika kita merasa diri kita lebih tinggi derajatnya secara materi, kedudukan, tingkat sosial, pendidikan dan sebagainya. Maka saat itulah kita memiliki kesombongan. Dan ketika kesombongan telah menjadi pakaian kita maka bersiap-siap lah akan teguran Allah.

"Ya Allah, jauhkan aku dari kesombongan yang menjadi pakaian-Mu wahai Rabb, sungguh aku hanya debu dibawa kuasa Mu lah aku melangkah ya Allah".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar